Selasa, 29 November 2016

Hukum Nikah Bagian 05






HUKUM NIKAH


ثُمَّ قَالَ النَّاظِمُ رَحِمَهُ اللّٰهُ :

Kemudian Syekh Penadzam Rahimahullah berkata :

وَبَعْدُ حَمْدِي فَهَاكَ صَاحِ * مَنْظُوْمَةً تُفِيْدُ فِى النِّكَاحِ

Dan setelah aku memuji, maka ambillah hai teman * kitab nadzam yang bermanfaat dalam pernikahan

《وَبَعْدُ》 قَالَ جَمَاعَةٌ مِنْ اَهْلِ الْعِلْمِ : هِيَ فَضْلُ الْخِطَابِ الَّذِى أُوْتِيْهِ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، وَاخْتُلِفَ فِى اَوَّلِ مَنْ تَكَلَّمَ بِهَا، وَالْاَشْهَرُ اَنَّهُ دَاوُدُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ، وَكَانَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يَسْتَعْمِلُهَا فِى خُطَبِهِ وَغَيْرِهَا، وَهِيَ كَلِمَةٌ يُؤْتٰى بِهَا لِلْاِنْتِقَالِ مِنْ أُسْلُوْبِ اِلَى آخَرَ، وَتَكُوْنُ مَعَ 《أَمَّا》 وَبِدُوْنِهَا كَمَا هُنَا، أَيْ : وَبَعْدَ مَا تَقَدَّمَ مِنَ الْبَسْمَلَةِ وَالْحَمْدَلَةِ وَالصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ 

Lafadz 《WA BA'DU》 Berkata segolongan dari ahli ilmu : adalah pemisah Khitab yang membawanya Nabi Daud as, dan ulama' berbeda pendapat dalam pertama orang yang mengucapkan dengannya. Dan yang masyhur bahwasannya orang yang mengucapkan lafadz BA'DU adalah Nabi Daud as, dan ada Nabi Muhammad saw menggunakan dalam khutbahnya dan pembicaraan lainnya. Dan lafadz BA'DU kalimat yang datang dengannya untuk memindahkan dari jalan yang satu pada jalan yang lain dan ada bersama lafadz 《AMMA》 dan tidak termasuk seperti apa yang ada dalam BAB ini. Maksudnya : dan setelah menyebut apa yang telah lalu dari BASMALAH dan HAMDALAH dan SHALAWAT atas Nabi saw 

《فَهَاكَ صَاحِ》، أَيْ : فَخُذْ يَاصَاحِبِی، فَصَاحِ، مُنَادِى مُرَخَّمٌ عَلَى اِسْقَاطِ حَرْفِ النِّدَاءِ 

Lafadz 《FAHAKA SHOHI》 maksudnya : maka ambillah hai temanku, maka Lafadz FASHOOHI adalah munada murakhkhom atas menghilangkan huruf nida' 

وَقَوْلُهُ : 《مَنْظُوْمَةً》 اَيْ : اُرْجُوْزَةٍ 

Dan perkataannya lafadz : 《MANDZUUMATAN》 maksudnya : kitab yang bernadzam bahar rojaz  

《تُفِيْدُ فِى النِّكَاحِ》 اَيْ : فِى حُقُوْقِ الزَّوْجَيْنِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِذَلِكَ مِنْ آدَابِ الدُّخُوْلِ وَالْوَلِيْمَةِ وَالْوَطَءِ وَكَيْفِيَّةِ وَغَيْرِ ذَلِكَ 

Dan lafadz 《TUFIIDU FIN NIKAHI》 maksudnya : menjelaskan hak-hak suami istri dan apa yang berhubungan dengan hal itu dari tatakrama memasuki pernikahan dan tata cara walimatul 'urusy dan cara melakukan jima' dan selain itu 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 32

ثُمَّ اِنَّ النِّكَاحَ تَعْتَرَيْهِ الْاَحْكَامِ الْخَمْسَةُ :

Kemudian, sesungguhnya NIKAH dapat diketahui dengannya hukum menjadi lima :

يَكُوْنُ وَاجِبًا، ذَلِكَ فِى حَقِّ مَنْ قَدَرَ عَلَيْهِ وَخَافَ الزِّنَا بِتَرْكِهِ 

Ada yang Wajib adalah hal itu dalam membenarkan dari kadar kemampuan atasnya dan takut pada perbuatan zina dengan meninggalkannya 

وَيَكُوْنَ مَنْدُوْبًا، وَذَلِكَ فِى حَقِّ مَنْ رَجَا النَّسْلَ وَلَمْ يَخَفِ الزِّنَى بِتَرْكِهِ، رَغِبَ فِيْهِ اَمْ ﻻَ، وَلَوْ قَطَعَهُ عَنْ عِبَادَةٍ غَيْرِ وَاجِبَةٍ 

Dan ada yang Sunnah adalah hal itu dalam membenarkan dari mengharapkan keturunan dan ia tidak takut berbuat zina dengan meninggalkannya baik ia ingin atau tidak dan walaupun pernikahan akan memutuskannya dari ibadah selain yang wajib 

وَيَكُوْنَ مَكْرُوْهًا، وَذَلِكَ فِى حَقِّ مَنْ ﻻَ رَغْبَةَ لَهُ فِيْهِ، وَﻻَ يَرْجُوْ نَسْلاً، وَيَقْطَعُهُ عَنْ عِبَادَةٍ غَيْرِ وَاجِبَةٍ 

Dan ada yang makruh adalah hal itu dalam membenarkan orang yang tidak berhasrat kepada pernikahan di dalamnya dan tidak mengharapkan keturunan dan memutuskannya dari ibadah selain yang wajib 

وَيَكُوْنَ مُبَاحًا، وَذَلِكَ فِى حَقِّ مَنْ لَمْ يَخَفِ الزِّنَا وَلَمْ يَرْجُ نَسْلاً وَلَمْ يَقْطَعْهُ عَنْ عِبَادَةٍ غَيْرِ وَاجِبَةٍ 

Dan ada yang boleh adalah hal itu dalam membenarkan dari orang yang tidak takut melakukan zina dan tidak mengharapkan keturunan dan tidak memutuskannya ibadah selain yang wajib 

وَيَكُوْنُ مُحَرَّمًا، وَذَلِكَ فِى حَقِّ مَنْ يَضُرُّ بِالْمَرْأَةِ بِعَدَمِ وَطَءٍ أَوْ نَفَقَةٍ أَوْ كَسْبٍ مَحَرَّمٍ، وَلَوْ لِرَاغِبِ لَمْ يَخْشَ عَنَتًا 

Dan ada yang haram adalah hal itu dalam membenarkan orang yang membahayakan dengan wanita karena tidak mampu melakukan senggama dan memberi nafkah atau memiliki pekerjaan haram, walaupun ia ingin menikah dan tidak takut berbuat zina 

وَهَذَا التَّقْسِيْمُ يَجْرِی مِثْلُهُ فِى الْمَرْأَةِ 

Dan ini pembagian akan berlaku seumpamanya dalam seorang wanita 

وَزَادَ ابْنُ عَرَفَةَ وَجْهًا آخَرَ فِى وُجُوْبِهِ عَلَيْهَا، وَهُوَ عَجْزُهَا عَنْ قُوْتِهَا وَعَدَمُ سَتْرِهَا بِغَيْرِهِ 

Dan menambahi Ibnu 'Arafah dengan jalan yang lain dalam wajibnya atas nikah dan dia adalah wanita yang lemah dari memelihara dirinya dan tidak berdayaan menutupinya dengan selain nikah 

وَاِلَى هَذِهِ الْاَقْسَامِ الْخَمْسَةِ اَشَارَ الْعَلاَّمَةُ الْجَدَّاوِيُّ رَحِمَهُ اللّٰهُ بِقَوْلِهِ :

Dan sehingga pembagian hukum ini ada lima yang di isyaratkan oleh Syekh Al-'Alaamah Al-Jaddawi Rahimahullah dengan perkataannya : 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 33

وَوَاجِبٌ عَلَى الَّذِي يَخْشَى الزِّنَا * تَزَوُّجٌ بِكُلِّ حَالٍ اَمْكَنًا

Dan wajib atas yang takut berbuat zina * untuk menikah dengan setiap keadaan asal memungkinkan 

وَزَيْدَ فِى النِّسَاءِ فَقْدُ الْمالِ * وَلَيْسَ مُنْفِقٌ سِوٰى الرِّجَالِ

Dan akan bertambah dalam wanita, maka sungguh yang tidak memiliki harta * dan tidak ada kewajiban memberi nafkah kecuali seorang laki-laki 

وَفِى ضَيَاعِ وَاجِبِ النَّفَقَهْ * مِنَ الْخَبَيْثِ حُرْمَةٌ مُتَّفَقَهْ 

Dan dalam barang sisa kewajiban nafkah * dari jalan yang kotor, maka para ulama' sepakat nikah hukumnya haram 

لِرَغِبٍ اَوْ رَاجِى نَسْلٍ يُنْدَبُ * وَاِنْ بِهِ يَضِيْعُ مَاﻻَيَجِبُ 

Kepada yang ingin menikah atau ingin menyebarluaskan keturunan, maka di sunahkan untuk menikah * dan jika dengannya menghilangkan apa yang tidak wajib 

وَيُكْرَهُ اِنْ بِهِ يَضِيْعُ النَّفْلُ * وَلَيْسَ فِيْهِ رَغْبَةٌ اَوْ نَسْلُ 

Dan di makruhkannya menikah jika dengannya menghilangkan ibadah sunnah * dan tidak ada di dalamnya ingin menikah atau tidak ingin menyebarluaskan keturunan 

وَاِنِ انْتَفَى مَا يَقْتَضِى حُكْمًا مَضَى * جَازَ النِّكَاحُ بِالسِّوٰى فِى الْمُرْتَضٰى

Dan jika mencukupi dengan apa yang di perlukan hukum dalam melanjutkan * pada kebolehan nikah dengan kecuali dalam yang di tinggalkan 

وَاخْتُلِفَ : هَلِ النِّكَاحُ اَفْضَلُ اَوِ التَّخَلِّى لِلْعِبَادَةِ اَفْضَلُ ؟ وَالرَّاجِحُ اَنَّ الْاَفْضَلَ الَجَمْعُ بَيْنَهُمَا، لِاَنَّ النِّكَاحَ لَيْسَ مَانِعًا مِنَ التَّخَلِّى لِلْعِبَادَةِ 

Dan ulama' berbeda pendapat : apakah menikah lebih utama atau meninggalkan nikah untuk beribadah lebih utama ? Menurut pendapat yang rajih bahwa lebih utama mengumpulkan diantara keduanya karena sesungguhnya nikah tidak ada suatu kenikmatan dari meninggalkan nikah untuk beribadah 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 34

Wallahu A'lam Bish-Showab

Hukum Berdoa Diantara Dua Shalawat Bagian 55

HUKUK BERDO'A DIANTARA DUA SHALAWAT هَذَا تَمَامُ الْقَصْدِ فِى الْمَنْظُوْمَهْ * عَلَى اخْتِصَارِ الْقَوْلِ عُوْا مَنْ...