Selasa, 28 Februari 2017

Tafsir Mimpi Keluar Mani Bagian 46





TAFSIR MIMPI KELUAR MANI



ثُمَّتَ صَاحِبُ اؐحْتِلاَمٍ يَافَتَى * فَهَاكَ حُكْمُهُ صَحِيْحًا ثَبَتَا 

Kemudian kamu di temani mimpi keluar air mani, wahai pemuda * maka ambillah hukum yang terbukti kebenarnya 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 149

اِنْ كَانَ عَنْ مُبَاحَةٍ كَرَامَهْ * وَعَكْسُهَا عُقُوْبَةٌ عَلاَمَهْ 

Apabila bermimpi dari yang dibolehkan adalah penghormatan * dan sebaliknya, itu pertanda penyiksaan

وَاِنْ يَكُنْ بِغَيْرِ صُوْرَةٍ وَرَدْ * فَنِعْمَةٌ يُرْوَى جَدِيْرًا لاَ فَنَدْ 

Dan jika bermimpi dengan selain ada gambaran yang mendatangi * maka mimpi itu merupakan kenikmatan yang mengisahkan tanpa ada yang menyangkal 

نَبَّهَ النَّاظِمُ رَحِمَهُ بِهَذَا عَلَى اَنَّ الْاِحْتِلاَمَ لَهُ ثَلاَثَةُ اَحْوَالٍ : كَرَامَةٌ، وَعُقُوْبَةٌ، وَنِعْمَةٌ 

Dengan ini Ibnu Yamun Rahimahullah mengingatkan melalui bait-bait nadzamnya bahwa bermimpi mengeluarkan air mani kepadanya ada tiga macam : karamah dan 'uqubah dan nikmat

قَالَ فِى 《النَّصِيْحَةِ》 : وَالْاِحْتِلاَمُ بِصُوْرَةٍ مُحَرَّمَةٍ عُقُوْبَةٌ، اَيْ : لِاَنَّهُ لاَيَنْشَأُ اِلاَّ عَنِ التَّسَاهُلِ بِالنَّظَرِ اِلَى مَالاَ يَحِلُّ وَالتَّفَكُّرِ فِيْهِ، وَلِاَنَّهُ سُخْرِيَةٌ مِنَ الشَّيْطَانِ 

Dikatakan dalam kitab 《AN-NASHIHAH》 : dan orang yang bermimpi junub dengan digambarkan sebagai 《MUHARROMAH dan UQ UBAH》 maksudnya : karena sesungguhnya dalam mimpi itu tidak muncul kecuali dari kesenangan dengan melihat apa yang tidak halal dan kepikiran di dalamnya dan karena sesungguhnya mimpi itu merupakan sebuah ejekan dari syetan 

وَبِغَيْرِ صُوْرَةٍ نِعْمَةٌ، اَيْ : لِاَنَّهُ اِخْرَاجٌ لِفَضْلَةٍ مِنْ فَضْلاَتِ الْجَسَدِ، وَدَفْعِ لِدَغْدَغَةِ الْمَنِيِّ الدَّاعِيَةِ لِلشَّهْوَةِ، لِاَنَّهُ يَحْصُلُ بِهِ ثَوَابُ الْغُسْلِ 

Dan selain gambaran 《NIKMAT》 maksudnya : karena sesungguhnya dalam mimpi menggambarkan mengeluarkan kotoran karena berlebihan dari melebihi tubuh dan mempengaruhi pada perangsangan sperma yang di sebabkan karena syahwat, untuk itu sesungguhnya dapat disimpulkan dengannya mendapatkan pahala mandi 

وَبِصُوْرَةٍ شَرْعِيَّةٍ كَرَامَةٌ : اَيْ : لِاَنَّ فِيْهِ لَذَّةً بِلاَعُقُوْبَةٍ، وَالْكَرَامَةُ اَفْضَلُ مِنْ مُطْلَقِ النِّعْمَةِ 

Dan dengan menggambarkan kekuasaan 《KARAMAH》 maksudnya : karena sesungguhnya dalam mimpi menggambarkan kesenangan tanpa hukuman dan karamah lebih utama dari kemutlakan nikmat 



فَائِدَةٌ

KEMANFAATAN 



قَالَ التَّمَجْرُوْتِيُّ : مَتَى خَافَ الْاِحْتِلاَمِ فَلْيَقُلْ اِذَا اَرَادَ النَّوْمَ : 

Tamajrutiy berkata : manakala orang takut bermimpi keluar mani, maka membaca do'a jika ingin tidur : 

اَللّٰهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْاِحْتِلاَمِ، وَاَعُوْذُبِكَ اَنْ يَلْعَبَ الشَّيْطَانُ بِى فِى الْيَقَظَةِ وَالْمَنَامِ. { ثَلاَثَ مَرَّاتٍ }

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari mimpi keluar mani, dan aku berlindung kepada-Mu dari permainan syetan atas diriku dikala terjaga dan tertidur. { Dibaca sebanyak tiga kali } 

وَيُضِيْفُ اِلَيْهِ آيَةَ الْكُرْسِيِّ، وَهِيَ : 

Dan ditambah dengan membaca Ayat Kursi, dan ini ayatnya :

اؐللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَۖ اؐلْحَيُّ اؐلْقَيُّوْمُۚ لاَ تَأْخُذُهُۥ سِنَةٌ وَلاَنَوْمٌۚ لَّهُۥ مَا فِى اؐلسَّمٰوٰتِ وَمَا فِى اؐلْاَرْضِۗ مَنْ ذَا اؐلَّذِى 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 150

يَشْفَعُ عِنْدَهُۥٓ اِلاَّ بِإِذْنِهِۚۦ يَعْلَمُ مَابَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْۖ وَلاَيُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِّنْ عِلْمِهِۦٓ اِلاَّ بِمَاشَآءَۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ اؐلسَّمٰوٰتِ وَاؐلْاَرْضَۖ وَلاَيَئُوْدُهُۥ حِفْظُهُمَاۚ وَهُوَ اؐلْعَلِيُّ اؐلْعَظِيْمُ 

Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya, tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya ? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. 

وَآخِرَ الْبَقَرَةِ، وَهِيَ : 

Dan ayat terakhir dari surat Al-Baqarah Ayat 285-286, inilah ayatnya :

ءَامَنَ اؐلرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِۦ وَالْمُؤْمِنُوْنَۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓئِكَتِهِ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لاَنُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُسُلِهِۦۚ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَاۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اؐلْمَصِيْرُ ۞ لاَ يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَاۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اؐكْتَسَبَتْۚ رَبَّنَا لاَتُؤَاخِذْنَا اِنَّ نَسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَآ رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُۥ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَاۚ رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَابِهِۦۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاؐغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَآۚ اَنْتَ مَوْلٰنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ۞ اِنْتَهٰى 

Rasul telah beriman kepada al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan) : Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya, dan mereka mengatakan : Kami mendengar dan kami ta'at. (Mereka berdoa) : Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. * Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. la mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa) : Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 151

Wallahu A'lam Bish-Showab

Jumat, 24 Februari 2017

Cara Untuk Memiliki Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Bagian 45





CARA UNTUK MEMILIKI ANAK LAKI-LAKI DAN ANAK PEREMPUAN


ثُمَّ قَالَ :

Kemudian Ibnu Yamun berkata :

وَنَوْمُهَا بَعْدَ الْفَرَاغِ يَافَتَى * بِجَنْبِهَا الْاَيْمَنِ هَاكَ مَا اَتَى

Dan tidurnya istri setelah selesai melakukan jima' wahai pemuda * dengan lambungnya yang kanan, ambillah apa yang datang dari keterangan ini

يُوْجِبُ صَاحِ ذَكَرًا وَعَكْسٌ مَا * ذَكَرْتُ يَا صَاحِ بِعَكْسِهِ انْتَمَى

Dan harus tidur seperti itu hai teman, akan menyebabkan anak yang terlahir laki-laki dan kebalikan dari apa * yang saya katakan, wahai sahabat, dengan kebalikannya sehubungan anak yang terlahir adalah wanita

قَالَ فِى 《النَّصِيْحَةِ》 : وَاِذَا اَرَادَ تَكْوِيْنَ الْوَلَدِ ذَكَرًا فَلْيَأْمُرْهَا بِالنَّوْمِ عَلَى شِقِّهَا الْاَيْمَنِ عِنْدَ فَرَاغِهِ وَالْاُنْثَى بِلْعَكْسِ وَلِلْبَطَالَةِ بِنَوْمِهَا مُسْتَلْقِيَةً عَلَى ظَهْرِهَا. وَنَحْوِهِ 

Dikatakan dalam kitab 《AN-NASHIHAH》 : dan apabila suami ingin menetapkan anak terlahir laki-laki, maka perintahlah istrinya dengan tidur atas miring kanan ketika selesai melakukan jima' dan apabila ingin menetapkan anak terlahir perempuan dengan tidur sebaliknya. Dan karena keberanian dengan tidurnya yang berbaring atas penampilannya. Dan sebagainya 

وَقَالَ ابْنُ عَرْضُوْنَ : قَالَ صَاحِبُ 《الْاِيْضَاحِ》 : يَنْبَغِى اِذَا اَحَسَّ بِالْاِنْزَالِ اَنْ يَمِيْلَ عَلَى جَنْبِهِ الْاَيْمَنِ، وَكَذَلِكَ اِذَا انْتَزَعَ يَمِيْلَهِا اَيْضًا عَلَى جَنْبِهَا الْاَيْمَنِ، فَإِنَّ الْوَلَدَ يَنْعَقِدُ ذَكَرًا اِنْ شَاءَ اللّٰهُ تَعَالَى. اِنْتَهَى 

Dan Ibnu  'Ardhun berkata : teman pengarang kitab 《AL-IDHAH》 berkata : semestinya apabila merasakan dengan menjatukan sepermanya untuk memiringkan atas lambungnya  yang kanan dan seperti itu apabila ingin mencabut dzakarnya, maka miringkanlah juga istrinya atas lambungnya yang kanan, maka sesungguhnya anak yang akan menghasilkan laki-laki, jika Allah Ta'ala menginginkan. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

وَيُقَالُ : مَنْ اَرَادَ اَنْ يُوْلَدُ لَهُ ذَكَرٌ فَلْيُسَمِّ حَمْلَ امْرَأَتِهِ بِاسْمِ مُحَمَّدِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ 

Dan dikatakan : barangsiapa menginginkan untuk anak laki-laki, maka memberi nama ketika istrinya hamil, dengan nama Muhammad saw 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 149

Wallahu A'lam Bish-Showab

Selasa, 21 Februari 2017

Hukum Membasuh Penis Ketika Ingin Mengulangi Jimak Bagian 44




HUKUM MEMBASUH PENIS KETIKA INGIN MENGULANGI JIMA' 



ثُمَّ قَالَ :

Kemudian Ibnu Yamun berkata :

وَغَسْلُهُ لِذَكَرِهْ كَذَلِكَ * اِنْ شَاءَ عَوْدَهَا بِقُرْبِ ذَلِكَ 

Dan membasuh pada dzakarnya itu dan demikian pula * jika ingin mengulangi senggamanya itu secara berdekatan 

اَخّبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِلزَّوْجِ اِذَا جَامِعَ وَاَرَادَ اَنْ يُعَاوِدَ بِالْقُرْبِ اَنْ يَغْسِلَ ذَكرَهُ، لِاَنَّهُ يُقَوِّى الْعُضْوَ وَيُنَشِّطُهُ وَلِاَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ فَعَلَ ذَلِكَ 

Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, bahwasannya disunahkan bagi suami, jika melakukan jima' dan ingin untuk mengulangi secara berdebatan agar membabasuh dzakarnya karena sesungguhnya menguatkan anggota badan dan membangkitkan semangatnya dan karena sesungguhnya Nabi saw melakukan hal itu

قَالَ فِى 《الْمُخْتَصَرِ》 : تَشْبِيْهًا فِى الْاِسْتِحْبَابِ : كَغَسْلِ فَرْجِ جُنُبٍ لِعَوْدِهِ لِجِمَاعٍ 

Dikatakan dalam kitab 《AL-MUKHTASHAR》 : yang serupa dalam kesunahan, seperti membasuh kemaluan yang junub, karena ingin mengulanginya untuk melakukan jima' 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 147

وَظَاهِرُهُ النَّدْبُ عَادَ لِلْمَوْطُوْءَةِ الْاُوْلَى اَوْ غَيْرِهَا، وَهُوَ الَّذِى يُفِيْدُهُ كَلاَمُ ابْنُ يُوْنُسَ وَخَصَّهُ بَعْضَهُمْ بِالْاُوْلَى، وَاَمَّا لِغَيْرِهَا فَيَجِبُ غَسْلُ فَرْجِهِ لِئَلاَّ يُدْخِلَ فِيْهَا نَجَاسَةَ الْغَيْرِ 

Dan zhahirnya merenungi menyempurnakan untuk melakukan jima' yang pertama atau yang lainnya dan pendapat ini adalah yang manfaatnya di ucapkan Imam Ibnu Yunus dan sebagian ulama' mengkhususkannya dengan yang pertama dan adapun untuk selainnya !mengulangi melakukan jima' maka wajib membasuh kemaluannya agar najis tidak masuk kedalam kemaluan istrinya yang lain 

وَلاَ يُسْتَحَبُّ ذَلِكَ لِلْاُنْثَى كَمَا يُؤْخَذُ مِنْ اَبِى الْحَسَنِ لِاَنَّهُ يُرْخِى الْمَحَلَّ 

Dan hal itu tidak di sunnahkan kepada wanita, sebagaimana pendapat yang di ambil dari Abul Hasan, karena sesungguhnaya itu akan mengendorkan lokasi vagina istri 

ثُمَّ قَالَ :

Kemudian Ibnu Yamun berkata :

وَكُلَّ مَاءٍ بَارِدٍ يَاصَاحِ * يَمْنَعُ شُرْبُهُ عَلَى النِّكَاحِ 

Dan setiap air yang dingin, wahai kawan * jangan diminum atas orang yang melakukan senggama

كَذَاكَ صَاحِ بَعْدَ وَطَءٍ يُتَّقَى * غَسْلُ قَضِيْبِهِ بِذَاكَ حُقِّقًا 

Demikian pula wahai kawan, setelah senggama hindarilah * membasuh dzakarnya dengan air dingin yang sebenarnya 

اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ يُمْنَعُ شُرْبُ الْمَاءِ الْبَارِدِ عَقِبَ الْوَطْءِ وَكَذَا غَسْلُ الذَّكَرِ بِهِ لِضَرَرِهِ 

Ibnu Yamun menjelaskan, bahwasannya di larang minum air dingin ketika setelah bersenggama dan begitu juga membasuh dzakar dengan air dingin karena bisa membahayakannya 

قَالَ فِى 《الْاِيْضَاحِ》 : وَلاَيَنْبَغِى اَنْ يَغْسِلَ ذَكَرَهُ بِالْمَاءِ الْبَارِدِ عَقِبَ الْجِمَاعِ حَتَّى يَبْرُدَ وَتَمْضِى عَلَيْهِ سَاعَةٌ 

Dan dikatakan dalam kitab 《AL-IDHAH》 : dan tidak semestinya untuk membasuh dzakarnya dengan air dingin ketika setelah melakukan jima', sampai dzakar benar-benar lemas dan mengakhiri atasnya beberapa saat

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 148

Wallahu A'lam Bish-Showab

Sabtu, 18 Februari 2017

Tatakrama Ketika Ingin Tidur Bagian 43





TATAKRAMA KETIKA INGIN TIDUR

فَائِدَتَانِ 

DUA KEMANFAATAN 

اَلْاُوْلَى : لِلنَّوْمِ اَدَابٌ، مِنْهَا اَنْ يَتَوَضَّأَ عِنْدَ اِرَادَةِ النَّوْمِ، لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ : 《اِذَا اَخَذْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضِّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ》 

Pertama : untuk tidur memiliki beberapa tatakrama. Diantaranya untuk berwudhu' ketika ingin tidur, karena Nabi saw bersabda : 《Jika ingin memulai ketempat tidur kamu, maka berwudhu'lah seperti kamu berwudhu' untuk shalat》 

وَهَلْ يُصَلِّى بِهِ اَمْ لاَ ؟ اَلْمَشْهُوْرُ اَنَّهُ يُصَلِّى بِهِ اِذَا نَوَى اَنْ يَكُوْنَ عَلَى طَهَارَةِ 

Dan apakah wudhu' tersebut dapat melakukan shalat dengannya atau tidak ? Menurut pendapat yang masyhur, sesungguhnya boleh melakukan shalat dengannya, jika niatnya untuk berwudhu' atas bersuci 

وَمِنْهَا اَنْ يَنَامَ عَلَى شِقِّهِ الْاَيْمَنِ وَيَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنٰى تَحْتَ خَدِّهِ الْاَيْمَنِ وَكَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْاَيْسَرِ، كَمَا كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يَفْعَلُ 

Dan darinya untuk tidur atas sisinya miring kekanan dan meletakkan tangannya yang kanan di bawah pipinya yang kanan dan tangannya yang kiri di atas pahanya yang kiri sebagaimana kedaan Nabi saw melakukan 

وَمِنْهَا اَنْ يَذْكُرَ اللّٰهُ تَعَالَى عِنْدَ النَّوْمِ حِيْنَ يَأْخُذُ مَضْجَعَهُ فَقَدْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يَقُوْلُ عِنْدَ النَّوْمِ : 

Dan darinya untuk berdzikir kepada Allah Ta'ala ketika ingin tidur manakala memulai ke tempat tidur maka sungguh ada Nabi saw ketika ingin tidur mengucapkan : 

《اَللّٰهُمَّ بِالسْمِكَ رَبِّى وَضَعْتُ حَنْبِى، وَبِسْمِكَ اَرْفَعُهُ، اَللّٰهُمَّ اِنْ اَمْسَكْتَ نَفْسِی فَاغْفِرْ لَهَا وَاِنْ اَرْسَلْتَهَا فَاخْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ》 

{ ALLAAHUMMA BISMIKA RABBII WADA'TU HANBII, WA BIBISMIKA ARFA-'UHU, ALLAAHUMMA IN AMSAKTA NAFSII FAGHFIRLAHA, WA IN ARSALTAHA FAKHFAZH-HA BIMAA TAHFAZHU BIHI 'IBAADAKASH SHALIHIINA }

Ya Allah dengan mana-Mu, wahai Tuhanku, aku letakkan lambungku. Dan dengan nama-Mu aku mengangkatnya. Ya Allah, sesungguhnya aku telah menahan jiwaku, maka ampunilah jiwaku ini. Apabila Engkau melepaskannya, maka jagalalah jiwaku dengan apa yang Engkau telah memelihara hamba-hamba-Mu yang shaleh

وَرَدَ اَنَّ مَنْ ذَكَرَ اللّٰهَ تَعَالَى عِنْدَ نَوْمِهِ لَمْ يَجِدِ الشَّيْطَانُ اِلَيْهِ سَبِيْلاً وَمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اللّٰهَ بَاتَ الشَّيْطَانُ يَلْعَبُ بِهِ كَيْفَ شَاءَ 

Dan diterangkan bahwa barangsiapa yang berdzikir kepada Allah Ta'ala ketika tidurnya, maka tidak akan dikuasai syetan kepadanya jalan dan barangsiapa tidak berzikir kepada Allah ketika tidur, maka semalaman syetan bermain-main dengannya pada suatu keadaan 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 145

وَعَنْ عَلِيِّ كَرَّمَ اللّٰهُ وَجْهَهُ : مَنْ قَرَأَ كُلَّ لَيْلَةٍ عِنْدَ النَّوْمِ : 

Dan dari Ali Karramallahu Wajhah : Barang siapa membaca ayat ini setiap malam ketika ingin tidur :

﴿ وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَحِدٌۖ لَآ اِلٰهَ اِلاَّ هُوَ اؐلرَّحْمٰنٌ اؐلرَّحِيْمُ * اِنَّ فِى خَلْقِ اؐلسَّمٰوٰتِ وَاؐلْاَرْضِ وَاؐخْتِلٰفِ اؐلَّيْلِ وَاؐلنَّهَارِ وَاؐلْفُلْكِ اؐلَّتِى تَجْرِى فِى اؐلْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ اؐلنَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ اؐلسَّمَآءِ مِنْ مَآءٍ فَأَحْيَا بِهِ اؐلْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيْفِ اؐلرِّيٰحِ وَاؐلسَّحَابِ اؐلْمُسَخَّرِ بَيْنَ اؐلسَّمَآءِ وَاؐلْاَرْضِ لَاَيٰتٍ لِقَوْمٍ يِعْقِلُوْنَ ﴾ 

{ WA-ILAAHUKUM ILAAHUN WAAHIDUN LAA ILAAHA ILLAA HUWAR RAHMAANUR RAHIIMU * INNA FII KHALQIS SAMAAWAATI WAL ARDHI WAKHTILAAFIL LAYLI WAN NAHAARI WAL FULKIL LATII TAJRII FIIL BAHRI BIMAA YANFA’UN NAASA WAMAA ANZALALLAAHU MINAS SAMAA-I MIN MAA-IN FA-AHYAA BIHIL ARDHA BA’DA MAWTIHAA WABATSTSA FIIHAA MIN KULLI DAABBATIN WATASH-RIIFIR RIYAAHI WASSAHAABIL MUSAKHKHARI BAYNAS SAMAA-I WAL ARDHI LA-AAYAATIN LIQAWMIN YA’QILUUNA }

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang * Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan

لَمْ يَتَفَلَّتِ الْقُرْآنُ مِنْ صَدْرِهِ 

maka Al-Qur'an tidak akan lepas dari dadanya

وَمِنْهَا اَنْ يُصَلِّى عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، فَقَدْ قِيْلَ : اِنَّ مَنْ صَلَّى عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ عِنْدَ النَّوْمِ عَشْرَ مَرَّاتٍ بَاتَ فِى حِفْظِ اللّٰهِ وَحِرْزِهِ 

Dan darinya untuk tidur, maka bershalawat atas Nabi saw, maka sungguh dikatakan : bahwa barangsiapa bershalawat atas Nabi saw ketika ingin tidur sebanyak sepuluh kali semalaman dalam penjagaan Allah dan perlindungan-Nya

وَمِنْهَا اَنْ يَتُوْبَ اِلَى اللّٰهِ تَعَالَى، لِاَنَّ الْاِنْسَانَ اِذَا تَهَيَّأَ لِلنَّوْمِ فَكَأَنَّمَا تَهَيَّأَ لِلْمَوْتِ، وَفِى التَّوْرَاةِ : 《يَا ابْنَ آدَمَ ! كَمَا تَنَامُ تَمُوْتُ وَكَمَا تَسْتَيْقِظُ تُبْعَثُ》. اِنْتَهٰى 

Dan darinya untuk tidur bahwa bertaubat kepada Allah Ta'ala, karena sesungguhnya manusia jika mempersiapkan diri untuk tidur, maka sesungguhnya apa yang telah siap untuk menghadapi kematian. Dan dalam kitab TAURAT : 《Wahai anak Adam ! sebagaimana halnya kamu tidur, kamu akan mati. Dan sebagaimana kamu bangun tidur, kamu akan dihidupkan kembali setelah mati》. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

وَمِنْهَا اَنْ يُذْكَرَ اللّٰهُ تَعَالَى عِنْدَ الْقِيَامِ مِنَ النَّوْمِ فَقَدْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ يَقُوْلُ : اِذَا انْتَبَهَ مِنْ نَوْمِهِ :

Dan darinya untuk berzikir kepada Allah Ta'ala ketika bangun dari tidur, maka sungguh ada Nabi saw bersabda : apabila bangun dari tidurnya berdoalah :

《اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى اَحْيَانَا بَعْدَمَا اَمَاتَنَا وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ》 

{ AL-HAMDULILLAHIL LADZI AHYAANAA BA’DA MAA AMAATANAA WAILAIHIN NUSYUR }

Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami. Dan kepada-Nya kami kembali setelah dibangkitkan

زَادَ بَعْضُهُمْ : 

sebaian mereka menjelaskan :

《لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اَنْتَ سُبْحَانَكَ اِنِّى كُنْتُ مِنَ 

{ LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNI KUNTU MINADZ

Tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya hamba adalah termasuk golongan orang-orang 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 146

الظَّالِمِيْنَ، يَاقَوِيُّ مِنْ لِلضَّعِيْفِ سِوَاكَ، يَاقَدِيْرُ مَنْ لِلْعَاجِزِ سِوَاكَ، يَاعَزِيْزُ مَنْ لِلذَّلِيْلِ سِوَاكَ، يَاغَنِيُّ مَنْ لِلْفَقِيْرِ سِوَاكَ، اَللّٰهُمَّ اَغْنِنَا بِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ》

{ DZAALIMIIN, YAA QAWIYYU MAN LIDDA'IIFU SIWAAKA, YAA QADIIRU MAN LIL 'AAJIZI SIWAAKA, YAA 'AZIIZU MAN LIDZDZALIILI SIWAAKA, YAA GHANIYYU MAN LIL FAQIIRI SIWAAKA, ALLAAHUMMA AGHNINAA BIKA 'AMMAN SIWAAKA }

zhalim. Dzat Yang Maha Kuat, siapakah yang mampu menolong yang lemah selain Engkau ? Wahai Dzat Yang Maha Kuasa, siapakah  yang mampu membantu yang lemah selain Engkau ? Wahai Dzat Yang Maha Mulia, siapakah yang mampu menolong yang hina selain Engkau ? Wahai Dzat Yang Maha Kaya, siapakah yang mampu menolong yang fakir selain Engkau ? Ya Allah, perkayalah kami sebab Engkau dari orang selain Engkau

اَلثَّانِيَةُ : اَلْاِكْثَارُ مِنَ النَّوْمِ يُوْرِثُ الْفَقْرَ وَالْكَسَلَ وَالنِّسْيَانَ وَالنَّوْمُ عَلَى الشِّبَعِ يُوْرِثُ الْهَرَمَ 

Kedua : yang banyak dari tidur dapat mengakibatkan fakir dan malas dan pelupa dan tidur atas keadaan kenyang dapat mengakibatkan kepikunan 

قَالَ فِى 《النَّصِيْحَةِ》 : وَيُقَالُ : ثَلاَثَةُ تُهْرِمُ، وَرُبَّمَا قَتَلَتْ : مُنَاكَحَةُ الْعَجُوْزِ، وَالنَّوْمُ عَلَى الشِّبَعِ، وَدُخُوْلُ الْحَمَّامِ عَلَى الْاِمْتِلاَءِ 

Dikatakan dalam kitab 《AN-NASHIHAH》 : di katakan : ada tiga perkara yang mengakibatkan kepikunan dan kadang-kadang dapat mematikan : menikahi wanita lanjut usia dan tidur atas keadaan kenyang dan masuk dalam toelet atas keadaan kenyang

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 147

Wallahu A'lam Bish-Showab

Senin, 13 Februari 2017

Hukum Orang Junub Berwudhuk Sebelum Tidur Bagian 42





HUKUM ORANG JUNUB BERWUDHU' SEBELUM TIDUR 

فَائِدَةٌ

KEMANFAATAN


قَالَ الْاِمَامُ الْغَزَالِى رَحِمَهُ اللّٰهُ : يَنْبَغِى لِلْجُنُبِ اَنْ لاَ يَحْلِقَ وَلاَ يُقَلِّمَ، وَلاَيُخْرِجَ دَمًا، وَلاَ يَأْخُدَ شَيْئًا مِنْ جَسَدِهِ وَهُوَ جُنُبٌ لِئَلاَّ يَعُوْدَ فِى الْآخِرَةِ جُنُبًا حِيْنَ يُرَدُّ عَلَيْهِ ذَلِكَ 

Imam Al-Ghazali Rahimahullah berkata : semestinya kepada orang yang junub untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku dan tidak mengeluarkan darah dan tidak mengambil sesuatu dari badannya. Dan anggota badan yang junub agar tidak kembali di akhirat dalam keadaan junub saat datang atasnya itu 

ثُمَّ قَالَ :

Kemudian Ibnu Yamun berkata :

وَلْيَتَوَضَّأْ صَاحِ عِنْدَ النَّوْمِ * بَعْدَ جِمَاعِهِ بِغَيْرِ لَوْمِ

Dan berwudhu'lah hai teman, ketika ingin tidur * setelah berjima'nya dengan tanpa tercela 

عَسَاهُ يَاصَاحِ يَنَامُ طَاهِرَا * اِحْدَى الطَّهَارَتَيْنِ هَذَا اخْتَبِرَا

Mungkin tidur dalam keadaan suci wahai teman * salah satu dari dua kesucian, cobalah keterangan ini

اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِلْجُنُبِ ذَكَرًا اَوْ اُنْثَى اَنْ يَتَوَضَّأَ 

Ibnu Yamun Rahimahullah menerangkan, sesungguhnya di sunnahkan untuk orang yang junub, baik laki-laki atau perempuan untuk berwudhu'

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 143

عِنْدَ اِرَادَةِ النَّوْمِ عَسَاهُ اَنْ يَنْشُطَ لِلْغُسْلِ فَيَنَامُ عَلَى الطَّهَارَةِ الْكُبْرَى 

ketika ingin tidur mungkin jika segera untuk mandi, maka ia tidur dalam keadan bersih dari hadats besar

قَالَ فِى 《اَلْمُدَوَّنَةِ》 : قَالَ مَالِكُ : وَلاَ يَنَامُ اَلْجُنُبِ فِى لَيْلِ اَوْ نَهَارِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ. اِنْتَهٰى  

Dalam kitab 《AL-MUDAWWANAH》 dikatakan : bahwa Imam Malik berkata : dan janganlah tidur dalam keadaan junub pada malam hari atau siang hari, sehingga dia berwudhu' seperti wudhu'nya untuk melakukan shalat. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

قَالَ ابْنُ عَرَفَةَ : وُضُوْءُ الْجُنَبِ لِنَوْمِهِ مُسْتَحَبٌّ وَلَوْ نَهَارًا، وَاَوْجَبَهُ ابْنُ حَبِيْبٍ. اِنْتَهٰى 

Imam Ibnu Arafah berkata : Wudhu' orang junub untuk tidurnya disunahkan walaupun di siang hari. Dan bahkan wajib, menurut Imam Habib. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

فَقَوْلُهُ : 《وَلْيَتَوَضَّأَ》 اَيْ : اِسْتِحْبَابًا عَلَى الْمَشْهُوْرِ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ كَمَا فِى 《الْمُدَوَّنَةِ》 وَلاَ يُسْتَحَبُّ لَهُ اَلتَّيَمُّمُ عِنْدَ تَعَذُّرِ الْوُضُوْءِ، وَلاَ يَبْطُلُ وُضُوْءُ الْجُنُبِ لِلنَّوْمِ اِلاَّ بِجَمَاعِ دُوْنَ غَيْرِهِ مِنَ النَّوَاقِضِ، كَمَا اَشَارَ لِذَلِكَ فِى 《اَلْمُخْتَصَرِ》 بِقَوْلِهِ : وَوُضُوْئِهِ لِنَوْمٍ لاَتَيَمُّمِ وَلَمْ يُبْطَلُ اِلاَّ بِجَمَاعٍ. اِنْتَهٰى 

Maka perkataannya lafadz 《WAL YATAWADHDHA'》 maksudnya : disunahkan atas pendapat yang masyhur, seperti wudhu'nya untuk melakukan shalat. Sebagaimana dalam kitab 《AL-MUDAWWANAH》 : dan tidak di sunahkan padanya bertayammum ketika tidak mungkin berwudhu' dan tidak batal wudhu' orang yang junub karena tidur, kecuali ia bersetubuh di bawah selainnya dari yang membatalkan wudhu' sebagaimana di isyaratkan kepada hal itu dalam kitab 《AL-MUKHTASHAR》 dengan perkataannya : Wudhu'nya pada orang yang ingin tidur tidak bisa tayamum dan tidak batal kecuali dengan melakukan jima'. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

وَالْغَزَ فِيْهِ مُحَمَّدُ ابْنُ اِبْرَاهِيْمَ اَلتَّتَائِيُّ بِقَوْلِهِ :

Dan menyebarkan di dalamnya oleh Muhammad Ibnu Ibrahim At-Tata-i dengan perkataannya : 

اِذَا سُئِلْتَ وُضُوْءًا لَيْسَ يَنْقُضُهُ * اِلاَّ الْجِمَاعُ وُضُوْءُ النِّوْمِ لِلْجُنُبِ 

Jika kamu ditanya tentang wudhu' yang tidak membatalkannya * kecuali melakukan jima' maka whudhu'nya orang tidur karena junub 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 144

Wallahu A'lam Bish-Showab

Sabtu, 11 Februari 2017

Hukum Berjima' Sambil Membayangkan Orang Lain Bagian 41





HUKUM BERJIMA' SAMBIL MEMBAYANGKAN ORANG LAIN 


كَمَا قَالَ رَحِمَهُ اللّٰهُ : 《وَاجْتَنِبْ》 :

Sebagaimana perkataan Ibnu Yamun Rahimahullah tentang lafadz 《WAJTANIB》 : 

وَطْءًا بِشَهْوَةٍ حَرَامٍ وَكَذَا * اِتْيَانَهَا بَعْدَ احْتلِاَمٍ فَخُذَا 

Bersenggama dengan Syubhat hukumnya haram dan juga * mendatangi istrinya setelah mimpi junub, maka ambillah keterangan ini

اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّ الزَّوْجَ يَحْرُمُ عَلَيْهِ اَنْ يَأْتِيَ زَوْجَتَهُ وَيَجْعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ غَيْرَهَا لِأَنَّ ذَلِكَ نَوْعٌ مِنَ الزِّنَا 

Ibnu Yamun Rahimahullah menerangkan, bahwa suami di haramkan atasnya jika mendatangi istrinya dan diantara kedua matanya melihat selain istrinya karena sesungguhnya hal itu merupakan jenis dari zina

قَالَ فِى 《الْمُدْخَلِ》 : وَلْيَحْذَرْ مِمَّا عَمَّتْ بِهِ الْبَلْوَىٰ، وَذَلِكَ أَنَّ الرَّجُلَ اِذَا رَأَىٰ امْرَأَةً وَأَتىٰ اَهْلَهُ جَعَلَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ تِلْكَ الْمَرْأَةِ الَّتِى رَأَهَا وَهٰذَا نَوْعٌ مِنَ الزِّنَا 

Dikatakan dalam kitab 《MADKHAL》 : berhati-hatilah dari apa tentang apa yang di lakukan oleh kebanyakan orang dengannya mendapatkan bencana dan hal itu sesungguhnya seorang laki-laki jika melihat perempuan lain, dan suami mendatangi istrinya membuat diantara matanya suami itu melihat seorang wanita yang di lihatnya dan ini merupakan jenis dari zina 

وَقَدْ قَالَ الْعُلَمَاءُ : 《مَنْ اَخَذَ كُوْزَ مَاءٍ بَارِدٍ فَشَرِبَهُ وَصَوَّرَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ اَنَّهُ خَمْرٌ صَارَ ذَلِكَ الْمَاءُ عَلَيْهِ حَرَامًا》 وَالْمَرْأَةُ كَالرَّجُلِ اَوْ اَشَدَّ. اِنْتَهٰى 

Dan sungguh para ulama berkata : 《Barang siapa mengambil sebuah kendi yang berisi air dingin, maka meminumnya dan bayangan diantara matanya bahwasannya yang diminum adalah khamar, maka menjadi air itu atasnya adalah haram》. Dan wanita seperti laki-laki atau menghimbau. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

وَكَذَا يُكْرَهُ لِلزَّوْجِ اَنْ يَأْتِى زَوْجَتَهُ بَعْدَ الْاِحْتِلاَمِ، قَالَ فِى

Dan seperti itu di makruhkannya kepada suami jika mendtangi istrinya setelah bermimpi basah. Dikatakan dalam 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 142

《وَالنَّصِيْحَةِ》 وَيَنْهٰى عَنْ مَسِّ الذَّكَرِ بِالْيَمِيْنِ وَعَنْ اِتْيَانِ الْمَرْأَةِ بَعْدَ وُقُوْعِ الْاِحْتِلاَمِ، اَيْ : حَتَّى يَغْتَسِلَ اَوْ يَغْسِلَ فَرْجَهُ اَوْ يَبُوْلُ 

kitab 《AN-NASHIHAH》, dan di larang dari menyentuh dzakar dengan tangan kanan dan dari mendatangi istrinya setelah terjadi mimpi junub. Maksudnya : sehingga dia mandi atau membasuh kemaluannya atau kencing. 

قِيْلَ : وَذَلِكَ يُوْرِثُ الْجُنُوْنَ فِى الْوَلَدِ. اِنْتَهٰى. اَيْ : لِبَقَاءِ مَنِيِّ الْاِحْتِلاَمِ الَّذِى هُوَ اَثَرُ تَلاَعُبِ الشَّيْطَانِ بِهِ، فَإِذَا نَشَأَ عَنْهُ وَلَدُ تَسَلَّطَ عَلَيْهِ الشَّيْطَانُ 

Ada yang mengatakan : Dan hal itu dapat mngakibatkan pnyakit gila pada anak yang lahir. Seperti penjelasan yang telah lewat. Maksudnya : Karena tetap ada sisa air mani dari mimpi junub yang merupakan mimpi tersebut adalah pengaruh permainan syetan dengannya, maka jika permulaan dari persetubuhan tersebut, maka menjadi anak, dikendaliakan atas anak itu dari syetan 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 143

Wallahu A'lam Bish-Showab

Kamis, 09 Februari 2017

Hukum Menggunakan Satu Kain Untuk Membersihkan Kemaluan Bagian 40




HUKUM MENGGUNAKAN SATU KAIN UNTUK MEMBERSIHKAN KEMALUAN


ثم قال :

Kemudian Ibnu Yamun berkata :

واحذر من الجماع كرها واجتبن * افراد خرقة لفرجين اجتنب

Dan berhati-hatilah dari melakukan jima' setengah memaksa dan sepotong kain * yang di pisahkan untuk mengelap dua kemaluan, maka jauhilah 

اخبر رحمه الله انه يكره للزوج ان يأتى زوجته من غير ان تطيب نفسها بذلك، لان ذلك يفسد عليها دينها وعقلها، وربما تشوفت لغيره وكذلك اتيانها على غفلة يوجب ذلك، ولا يحل لمسلم ان يفسد على زوجته دينها، ولا ان يتسبب فى

Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, sesungguhnya di makruhkan untuk suami jika mendatangi istrinya dari keadaan yang tidak baik nafsunya istri dengan melakukan jima' karena hal itu akan merusak atas istri yaitu agamanya dan akalnya dan barangkali kamu melihat istri untuk mencintai orang lain dan ketika mendatangi istrinya atas melakukan jima' dengan kejutan, maka hal itu di wajibkan dan tidak halal kepada orang muslim untuk merusak atas agama istrinya dan tidak haram untuk suami yang menjadi penyebab dalam 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 141

معصيتها وتشوفها لغيره وكذا يكره للزوجين ان يمسحا فرجيهما بخرقة واحدة لان ذلك يؤدى الى البغضاء والمطلوب ان يعد كل واحد منهما خرقة لمسح فرجه كما فى 《الروض اليانع》.

melakukan maksiatnya istri dan kamu meliat istrinya untuk mencintai orang lain dan juga di makruhkan kepada suami istri untuk mengusap kemaluan mereka berdua dengan sepotong kain karena sesungguhnya hal itu dapat mendatangkan sikap saling membenci dan di tuntut seorang suami untuk menyediakan setiap dari mereka berdua sepotong kain lap untuk mengusap kemaluannya, sebagaimana yang di jelaskan dalam kitab 《ARRAUDUL YANI'》 

KITAB QURRATU 'UYUN HALAMAN 142

Wallahu A'lam Bish-Showab

Selasa, 07 Februari 2017

Hukum Memegang Kemaluan Dengan Tangan Kanan Bagian 39




HUKUM MEMEGANG KEMALUAN DENGAN TANGAN KANAN 


ثم اشار الى ذكر بعض اداب الجماع بقوله : 

Kemudian Ibnu Yamun menjelaskan sebagian tatakrama berjima' dengan perkataannya : 

ويمسك الذكر باليمين * يمنع للنهي فخذ تبيين 

Dan kamu memegang dzakar dengan tangan kanan * berhentilah karena dilarang, maka ambillah penjelasan ini

فأخبر رحمه الله انه 《يمنع》 اي : يكره مس الذكر باليمين، لما ورد من النهي بقول النبي صلى الله عليه وسلم : 《لا يمس احدكم ذكره بيمينه》 

Maka Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, sesungguhnya lafadz 《YUMNA'U》 maksudnya : dimakruhkannya memegang dzakar dengan tangan kanan, karena ada keterangan dari larangan dengan sabdanya Nabi saw : 《Janganlah ada salah seorang diantara kalian yang memegang dzakar dengan tangan kanannya》 

والنهي للتنزيه وللتشريف لقوله صلى الله عليه وسلم : 《يمينى لوجهى وشمالى لما تحت ازاري》 

Dan larangan tersebut untuk makruh tanzih dan untuk memuliakan tangan kanan karena Nabi saw bersabda : 《Tangan kananku untuk mukaku dan tangan kiriku untuk sesuatu yang ada dibawah sarungku》 

ولقول عائشة رضي الله عنها : كانت يمنى رسول الله صلى الله عليه وسلم، لعهوده وطعامه ويسراه لخلائه وما كان من الاذى 

Dan karena A'isyah ra berkata : Tangan kanan Nabi saw untuk menyelesaikan perjanjiannya dan makannya dan tangan kirinya untuk melakukan di kamar mandi dan sesuatu yang ada dari yang menyakitkan

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 139

ثم قال :

Kemudian Ibnu Yamun berkata :

لمس لفرج نظر لكل * تكلم عنده جاياخل

Memegang pada kemaluan istri dan melihat pada semua * kamu berbicara ketika berjima'nya, semua itu terlarang 

اخبر رحمه الله يكره لمس فرج المرأة ونظر كل واحد من الزوجين لفرج صاحبه، لانه يؤذى البصر ويذهب الحياء، وقد يرى ما يكره فيؤدى الى البغضاء كما فى 《النصيحة》 ولما فى الحديث من قوله صلى الله عليه وسلم : 《اذا جامع احدكم زوجته او جاريته فلا ينظر الى فرجها لان ذلك يورث العمى》 

Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan : bahwa dimakruhkan memegang kemaluan wanita dan melihat semua sesuatu dari suami istri pada kemaluan yang menemaninya, karena sesunguhnya akan menyebabkan sakit mata dan meninggalkan rasa malu dan sungguh melihat apa yang dimakruhkan, maka akan mendatangkan saling benci. Sebagaimana keterangan dalam kitab 《AN-NASHIHAH》. Dan karena apa dalam hadits dari sabdanya Nabi saw : 《apabila salah seorang diantara kalian melakukan jima' dengan istrinya atau hamba sahayanya, maka jangan melihat pada kemaluannya karena sesungguhnya hal itu akan mengakibatkan kebutaan》 

لكن نقل ابن حجر، عن ابن ابى حاتم، عن ابيه، ان هذا الحديث مرفوع واقره عليه 

Tapi Ibnu Hajar menukil satu pendapat dari Ibnu Abi Hatim, dari ayahnya, sesungguhnya hadits ini adalah di riwayatkan secara marfu' dan mengakuinya atas hadits tersebut 

ولقول عائشة رضي الله عنها : ما رايت ذلك من رسول الله صلى الله عليه وسلم، قط ولا رآه منى، وان كنا لنغتسل فى اناء واحد تختلف ايدينا فيه 

Dan karena sayyidatina A'isyah ra berkata : aku tidak melihat hal itu dari Rasulullah saw dan beliau tidak pernah melihatnya dari kemaluanku dan jika kami mandi dalam satu bak mandi dan tangan kami saling menyelisihi mengambil air di dalamnya 

واما نظر الرجل عورة نفسه لغير ضرورة ففى تحريمه وكرهته قولان حكاهما ابن القطان فى 《احكام النظر》 ويقال : ان فاعله يبتلى بالزنا وقد جرب فصح، كما فى 《النصيحة》 والمرأة مثل الرجل وما ذكر الناظم رحمه الله،

Dan adapun seorang laki-laki melihat aurat dirinya sendiri karena tanpa keadaan darurat maka dalam keharamannya dan kemakruhannya yaitu ada dua pendapat tetang hukum yang di haramkan dan yang di makruhkan. Dan Ibnu Qaththan berkata dalam kitab 《AHKAMIN NAZHAR》 : sesungguhnya orang yang melakukannya akan di coba dengan berzina dan sungguh telah mencoba, maka benar terbukti, sebagaimana dalam kitab 《AN-NASHIHAH》 : dan hukumnya seorang wanita seumpama hukum seorang laki-laki. Dan apa yang di jelaskan penazham Rahimahullah, 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 140

من الكراهة انما هو فرار مما ذكر واما فى الشرع فهو جائز كما اشار لذلك فى 《المختصر》 بقوله : وحل لهما حتى نظر الفرج، كالملك. انتهى 

dari yang di makruhkan bahwa melihat kemaluan sendiri adalah pelarian dari yang di sebutkan dan adapun dalam syari'ah adalah hukumnya boleh, sebagaimana keterangan untuk hal itu dalam kitab 《AL-MUKHTASHOR》 dengan perkataannya : dan di halalkan untuk suami istri sehingga melihat kemaluan, seperti perkataan Imam Malik. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

وسئل ابن القاسم عن ذلك فأباحه : 

Dan ditanya Ibnu Al-Qasim dari hal itu, maka beliau menjawabnya : 

وكذا يكره الكلام عند الجماع لقوله صلى الله عليه وسلم : 《لايكثر احدكم الكلام عند الجماع فإن منه يكون الخرس》

Dan juga di makruhkan berbicara ketika berjima' karena sabdanya Nabi saw : 《jangan salah seorang dari kalian banyak berbicara ketika melakukan jima' maka sesungguhnya dari anak yang lahir akan menyebabkan kebisulan》 

قال ابن الحاج : وينبغى ان يجتنب ما يفعله بعض الناس وقد سئل عنه مالك فأنكره وعابه وهو النخير السقط 

Ibnu Al-Hajj berkata : dan semestinya suami untuk menghindari apa yang di lakukan sebagian manusia dan sungguh Imam Malik di tanya darinya, maka beliau mengingkari dan mencelanya dan beliau menganggap menjatuhkan suara yang jelek 

قال ابن رشد : انما كره ذلك لانه لم يكن من عمل من مضى. انتهى 

Ibnu Rusyd berkata : bahwasannya hal itu di makruhkan karena sesungguhnya tidak ada orang yang shaleh mengerjakan dari terus-menerus. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat 

KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 141

Wallahu A'lam Bish-Showab

Hukum Berdoa Diantara Dua Shalawat Bagian 55

HUKUK BERDO'A DIANTARA DUA SHALAWAT هَذَا تَمَامُ الْقَصْدِ فِى الْمَنْظُوْمَهْ * عَلَى اخْتِصَارِ الْقَوْلِ عُوْا مَنْ...