HUKUM ORANG JUNUB BERWUDHU' SEBELUM TIDUR
فَائِدَةٌ
KEMANFAATAN
قَالَ الْاِمَامُ الْغَزَالِى رَحِمَهُ اللّٰهُ : يَنْبَغِى لِلْجُنُبِ اَنْ لاَ يَحْلِقَ وَلاَ يُقَلِّمَ، وَلاَيُخْرِجَ دَمًا، وَلاَ يَأْخُدَ شَيْئًا مِنْ جَسَدِهِ وَهُوَ جُنُبٌ لِئَلاَّ يَعُوْدَ فِى الْآخِرَةِ جُنُبًا حِيْنَ يُرَدُّ عَلَيْهِ ذَلِكَ
Imam Al-Ghazali Rahimahullah berkata : semestinya kepada orang yang junub untuk tidak mencukur rambut dan memotong kuku dan tidak mengeluarkan darah dan tidak mengambil sesuatu dari badannya. Dan anggota badan yang junub agar tidak kembali di akhirat dalam keadaan junub saat datang atasnya itu
ثُمَّ قَالَ :
Kemudian Ibnu Yamun berkata :
وَلْيَتَوَضَّأْ صَاحِ عِنْدَ النَّوْمِ * بَعْدَ جِمَاعِهِ بِغَيْرِ لَوْمِ
Dan berwudhu'lah hai teman, ketika ingin tidur * setelah berjima'nya dengan tanpa tercela
عَسَاهُ يَاصَاحِ يَنَامُ طَاهِرَا * اِحْدَى الطَّهَارَتَيْنِ هَذَا اخْتَبِرَا
Mungkin tidur dalam keadaan suci wahai teman * salah satu dari dua kesucian, cobalah keterangan ini
اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِلْجُنُبِ ذَكَرًا اَوْ اُنْثَى اَنْ يَتَوَضَّأَ
Ibnu Yamun Rahimahullah menerangkan, sesungguhnya di sunnahkan untuk orang yang junub, baik laki-laki atau perempuan untuk berwudhu'
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 143
عِنْدَ اِرَادَةِ النَّوْمِ عَسَاهُ اَنْ يَنْشُطَ لِلْغُسْلِ فَيَنَامُ عَلَى الطَّهَارَةِ الْكُبْرَى
ketika ingin tidur mungkin jika segera untuk mandi, maka ia tidur dalam keadan bersih dari hadats besar
قَالَ فِى 《اَلْمُدَوَّنَةِ》 : قَالَ مَالِكُ : وَلاَ يَنَامُ اَلْجُنُبِ فِى لَيْلِ اَوْ نَهَارِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ. اِنْتَهٰى
Dalam kitab 《AL-MUDAWWANAH》 dikatakan : bahwa Imam Malik berkata : dan janganlah tidur dalam keadaan junub pada malam hari atau siang hari, sehingga dia berwudhu' seperti wudhu'nya untuk melakukan shalat. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
قَالَ ابْنُ عَرَفَةَ : وُضُوْءُ الْجُنَبِ لِنَوْمِهِ مُسْتَحَبٌّ وَلَوْ نَهَارًا، وَاَوْجَبَهُ ابْنُ حَبِيْبٍ. اِنْتَهٰى
Imam Ibnu Arafah berkata : Wudhu' orang junub untuk tidurnya disunahkan walaupun di siang hari. Dan bahkan wajib, menurut Imam Habib. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
فَقَوْلُهُ : 《وَلْيَتَوَضَّأَ》 اَيْ : اِسْتِحْبَابًا عَلَى الْمَشْهُوْرِ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ كَمَا فِى 《الْمُدَوَّنَةِ》 وَلاَ يُسْتَحَبُّ لَهُ اَلتَّيَمُّمُ عِنْدَ تَعَذُّرِ الْوُضُوْءِ، وَلاَ يَبْطُلُ وُضُوْءُ الْجُنُبِ لِلنَّوْمِ اِلاَّ بِجَمَاعِ دُوْنَ غَيْرِهِ مِنَ النَّوَاقِضِ، كَمَا اَشَارَ لِذَلِكَ فِى 《اَلْمُخْتَصَرِ》 بِقَوْلِهِ : وَوُضُوْئِهِ لِنَوْمٍ لاَتَيَمُّمِ وَلَمْ يُبْطَلُ اِلاَّ بِجَمَاعٍ. اِنْتَهٰى
Maka perkataannya lafadz 《WAL YATAWADHDHA'》 maksudnya : disunahkan atas pendapat yang masyhur, seperti wudhu'nya untuk melakukan shalat. Sebagaimana dalam kitab 《AL-MUDAWWANAH》 : dan tidak di sunahkan padanya bertayammum ketika tidak mungkin berwudhu' dan tidak batal wudhu' orang yang junub karena tidur, kecuali ia bersetubuh di bawah selainnya dari yang membatalkan wudhu' sebagaimana di isyaratkan kepada hal itu dalam kitab 《AL-MUKHTASHAR》 dengan perkataannya : Wudhu'nya pada orang yang ingin tidur tidak bisa tayamum dan tidak batal kecuali dengan melakukan jima'. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
وَالْغَزَ فِيْهِ مُحَمَّدُ ابْنُ اِبْرَاهِيْمَ اَلتَّتَائِيُّ بِقَوْلِهِ :
Dan menyebarkan di dalamnya oleh Muhammad Ibnu Ibrahim At-Tata-i dengan perkataannya :
اِذَا سُئِلْتَ وُضُوْءًا لَيْسَ يَنْقُضُهُ * اِلاَّ الْجِمَاعُ وُضُوْءُ النِّوْمِ لِلْجُنُبِ
Jika kamu ditanya tentang wudhu' yang tidak membatalkannya * kecuali melakukan jima' maka whudhu'nya orang tidur karena junub
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 144
Wallahu A'lam Bish-Showab
Tidak ada komentar:
Komentar baru tidak diizinkan.