DI ANJURKAN MELAKUKAN JIMA' DI TEMPAT YANG AMAN
فصل
FASHAL
فى ذكر ما يطلب من الاذاب حالة الجماع وغير ذلك
Dalam penjelasan apa yang di tuntut dari hal tatakrama melakukan jima' dan yang lainnya itu
واعلم بأن سنة الجماع * فى موضع يؤمن من سماع
Dan ketahuilah dengannya bahwa sunnah melakukan jima' * dalam tempat yang aman dari pendengaran seseorang
حس وصوت هاك ياصاح ولا * يكن هناك احد فلتقبلا
Merendahkan suara, lakukanlah wahai sahabat dan jangan * ada seorang di sana, maka terimalah keterangan ini
اخبر رحمه الله ان المطلوب حالة الجماع ان لايكون معه فى البيت احد ولو طفلا صغيرا
Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, sesungguhnya hal yang di tuntut ketika melakukan jimak untukntidak ada seseorang bersamanya dalam kamar dan walaupun anak kecil
وقال فى 《المدخل》 فإن كانت له حاجة الى اهله فالسنة الماضية فى ذلك ان لا يكون فى البيت احد غير زوجته او جاريته اذا ان ذلك عورة والعورة يتعين سترها. انتهى
Dan berkata dalamnkitab 《AL-MAD-KHAL》 maka jika ada suami yang berkeinginan pada istrinya, maka di sunahkan terlebih dahulu dalam hal itu untuk tidak ada seseorang dalam rumah selain istrinya atau budak wanitanya, jika bahwa ada seseorang hal itu adalah aurat dan aurat yang wajib untuk di tutupi. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
وقال ابن برهان فى بعض اجوبته : لا يجوز ان يطأها ومعها
Dan Ibnu Burhan berkata dalam sebagian jawabannya : tidak boleh suami untuk menjima' istrinya dan ada seseorang bersamanya
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 127
فى البيت احد حتى الطفل الصغير اذا كان يميز ولايطأها مع امنه من الخادم استغراقها فى النوم واهل البوادى كأهل المدن فمن اراد ان يطأ زوجته فلا يكون معه فى البيت احد. انتهى. ومثله فى 《التوضيح》 و 《الشامل》
dalam kamar bahkan anak kecil, jika ada anak kecil telah tamyiz dan jangan bersenggama bersama istrinya agar aman dari pembantu yang terlelap dalam tidur dan orang kampung seperti orang kota, maka barangsiapa yang ingin untuk melakukan jima' dengan istrinya, maka jangan ada seseorang bersamanya di dalam kamar. Sebgaimana penjelasan yang telah lewat dan penjelasannya serupa dalam kitab 《AT-TAUDIH》 dan kitab 《AS-SAMIL》
فظاهره الحرمة ولا يخفى مافيه من المشقة ولذا قال الحطاب عن الجزولي : لا يكاد يتخلص منه احد. انتهى.
Maka dzahirnya pendapat itu cenderung pada hukum haram dan tidak di sembunyikan apa yang ada di dalamnya dari tidak menyenangkan pada suami dan istri dan karena itu berkata Al-Haththab dari Al-Juzuli : Tidak hampir seseorang bebas darinya. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
لكن ذكر ابو عبد الله بن محمد بن عبد الرحمن ابن الفخار الخذامى الغرناطي فى بعض اجوبته : ان النهي عن ذلك للكراهة لان الاصل اباحة الوطء، وانما كره لان الحياء من الدين
Tapi Abu 'Abdillah bin Muhammad bin 'Abdirrahman bin Al-Fakhkhar Al-Khudzami Al-Gharnathi menjelaskan dalam sebagian jawaban-jawabannya : sesungguhnya larangan dari hal itu untuk hukum makruh, karena sesungguhnya asal dari jima' adalah boleh dan bahwasannya apa yang di makruhkan itu karena sesungguhnya rasa malu dari sebagian agama
وقد نص فى 《النوادر》 على ان مالكا كره ذلك، وهذا حيث يمكن اخراج من فى البيت. اما ان كان لا يمكن او كان فى اخراجه مشقة لكونه ليس له الا مسكن واحد مثلا، فلإنه يجعل حائلا بينه وبينهم ويتحافظ من الصوت فى ذلك وعلى هذا نبه الناظم رحمه الله :
Dan sungguh Nash dalam kitab 《AN-NAWADIR》 atas penjelasan bahwasannya imam Malik ra memakruhkan hal itu dan sedangkan ini mungkin mengeluarkan seseorang dari dalam rumah. Adapun jika tidak mampu mengeluarkan dari rumahnya karena tidak memiliki untuknya tempat tinggal kecuali satu rumah umpamanya, maka karena sesungguhnya ia membuat penghalang diantaranya dan di antara mereka dan kamu menjaga dari bersuara dalam melakukan jima' itu dan atas nadzamannya itu Ibnu Yamun Rahimahullah mengingatkannya :
وجاز حائل كيف يافتى * لمن له مسكن واحد اتى
Dan boleh di kondisikan dengan penghalang, wahai pemuda * kapada orang yang untuknya memiliki satu rumah
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 128
وقال ابن عرفة رحمه الله : ومنع الوطء وفى البيت نائم غير زائر ونحوه عسير الا لأهل السعة
Dan Ibnu 'Arafah Rahimahullah berkata : jangan bersenggama dan di dalam rumah ada orang yang sedang tidur selain tamu dan contohnya orang yang kesulitan kecuali untuk keluarga yang berkecukupan
قال العلامة الزرهونى : بل هو متعذر فى حق غالب الناس بالنسبة للصبيان وخصوصا زمن الرضاع. انتهى
Al-'Allamah Az-Zarhuni berkata : tapi larangan itu sia-sia dalam hak yang berlaku untuk manusia dengan di nisbatkan kepada seorang anak dan khususnya pada masa menyusui. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 129
Wallahu A'lam Bish-Showab