HUKUM MENGHADIRI UNDANGAN WALIMATUL 'URUSY
وَتَجِبُ اِجَابَةٌ عَنْ عَيْنٍ، وَاِنْ كَانَ صَائِمًا عَلَى الْمَشْهُوْرِ
Dan wajib memenuhi dari undangan kegembiraan dan jika ada orang yang di undang sedang puasa, maka atas pendapat yang masyhur
وَقِيْلَ : تُسْتَحَبُّ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ، فِيْمَا رَوَاهُ ابْنُ عُمَرَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا : 《اِذَا دُعِيَ اَحَدُكُمْ اِلَى وَلِيْمَةٍ فَالْيَأْتِهَا، وَاِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيُطْعَمْ، وَاِنْ كَانَ صَائِمًا ﻻَ فَلْيَدَعْ، وَمَنْ دَخَلَ عَلَى غَيْرِ دَعْوَةٍ دَخَلَ شَارِقًا وَخَرَجَ مُغِيْرًا》
Dan dikatakan : hukumnya sunah karena Nabi saw bersabda, dalam apa yang di riwayat 'Umar ra : 《jika salah seorang di antara kalian di undang kepada walimah, maka mendatanginya dan jika kalian tidak puasa, maka makanlah dan jika ada di antara kalian berpuasa, maka jangan tinggalkan makanan itu. Dan barangsiapa masuk atas walimah tanpa di undang, maka dia masuk seperti pencuri dan keluar dengan membawa kekacauan》
وَقَالَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : 《شَرُّ الطَّعَامِ طَعَامُ الْوَلِيْمَةِ، يُدْعَى اِلَيْهِ الْاَغْنِيَاءُ وَيُتْرَكُ الْفُقَرَاءُ وَمَنْ لَمْ يُجِبْ فَقَدْ عَصَى اللّٰهُ وَرَسُوْلَهُ》
Dan Nabi saw bersabda : 《Sejelek-jeleknya makanan adalah makanan waktu walimah, dimana undangan hanya di khuskan atas orang-orang kaya dan meninggalkan orang fakir. Dan barangsiapa yang tidak wajib menghadiri undangan walimah itu, maka sungguh ia mendapatkan durhaka Allah dan Rasulnya》
لَكِنْ تَجِبُ الْاِجَابَةُ بِشُرُوْطٍ، اَشَارَ فِى : 《الْمُخْتَصَرِ》
Tapi kamu wajib mendatangi undangan dengan syarat yang telah disebutkan dalam kitab : 《MUKHTASHOR》
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 72
لِخَمْسَةِ مِنْهَا، بِقَوْلِهِ : اِنْ لَمْ يَحْضُرُ مَنْ يَتَأَذَّى بِهِ، وَمُنْكَرٌ كَفَرْشِ حَرِيْرٍ وَصُوَرٌ عَلَى كَجِدَارٍ وَكَثْرَةُ زِحَامٍ وَاِغْلاَقُ بَابٍ دُوْنَهُ
Karena ada lima darinya, dengan perkataannya : jika tidak mendatangkan orang yang merasa tersakiti dengannya dan kemungkaran, seperti tidak membentangkan permadani sutera dan tidak ada lukisan atas makhluk hidup, seperti di dinding dan banyak yang berdesak-desakan dan mengunci pintu untuk menahannya
وَنَظَمَ جُمْلَةً مِنْهَا الْعَلاَّمَةُ اَبُوْ عَبْدِ اللّٰهِ سَيِّدِي مُحَمَّدُ التَّأْوِدِى ابْنُ سَوْدَةَ رَحِمَهُ اللّٰهُ، بِقَوْلِهِ :
Dan telah di nazhamkan jumlah dari syarat walimah tersebut oleh Al-'Allamah Syaikh Abu Abdillah Sayidi Muhammad At-Takwidi Ibnu Saudah Rohimahullah dengan perkataannya :
لِمُسْلِمٍ بِغَيْرِ بُعْدٍ اَوْ وَحَلْ * اَوْ حَظَرٍ اَوْ نَظَرٍ قَوْمٍ مَنْ اَكَلْ
Untuk muslim yang di undang dengan tanpa kejauhan atau yang berlumpur * atau tidak ada yang menghalangi atau mengamati dari kaum yang sedang makan
اَوْ قَصَدَ الْفَخْرَ بِمَا بِهِ فَعَلَ * اَوْ اَكَلَ الْمَدْعُوُّ ثُوْمًا اَوْ بَصَلْ
Atau yang bertujuan membanggakan ketika mengadakan dengannya perbutan itu * atau makanan mereka yang di undang ada bawang putih atau bawang merah
اَوْ خُلِطَ النِّسَاءُ بِالرِّجَالِ * اَوْ عُرِفَ الدَّاعِى بِسُوْءِ الْحَالِ
Atau bercampur seorang perempuan dan laki-laki * atau mengenal orang yang di undang dengan keadaan yang buruk
اَوْ كَانَ امْرَأَةً وَلَيْسَتْ مَحْرَمَا * اَوْ اَمْرَدًا تَخَافُ مِنْهُ مَأْثَمًا
Atau ada wanita dan bukan mahram * atau anak muda belia yang di khawatirkan darinya melakukan dosa
وَاِنْ دَعَاكَ اثْنَانِ قَدِّمْ اَوَّلاَ * فَإِنْ تَسَاوَيَا فَأَدْنَى مَنْزِلاَ
Dan jika mendapatkan dua undangan, dahulukanlah yang pertama * maka jika bersamaan, maka dahulukanlah yang lebih dekat rumahnya
وَمِنْ آدَابَ الْاِجَابَةِ اَنْ لاَ يَقْصِدَ بِهَا قَضَاءَ شَهْوَةِ الْبَطْنِ، بَلْ يَنْوِيَ بِهَا اِتِّبَاعَ اَمْرِ الشَّارِعِ وَاِكْرَامَ اَخِيْهِ وَاَخَالَ السُّرُوْرِ عَلَيْهِ وَزِيَارَتَهُ وَصِيَانَةَ نَفْسِهِ عَنْ سُوْءِ الظَّنِّ بِهِ فِى امْتِنَاعِهِ
Dan dari tatkrama mendatangi undangan walimah, jika tidak bermaksud dengannya memenuhi kesenangan nafsu perut, tapi mempunyai niat dengannya mengikuti perintah syari'at dan menghormati saudaranya dan menganggap kegembiraan atasnya dan menziarahinya dan menjaga dirinya dari keburukan perut dengannya dalam mengendalikannya
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 73
ثُمَّ اَشَارَ اِلَى مَا يُجْتَنَبُ فِى الْوَلِيْمَةِ بِقَوْلِهِ :
Kemudian Ibnu Yamun menyebutkan apa yang harus dijauhi dalam walimah dengan perkataannya :
وَالْيَجْتَنِبْ مَا شَاعَ فِى الْوَلاَئِمِ * صَاحِ مِنَ الْمُنْكَرِ وَالْجَرَائِمِ
Dan jauhilah apa yang telah menjadi kebiasaan dalam menyesuaikan * wahai kawan dari kemungkaran dan kejahatan
كَجَمْعِهِ الرِّجَالَ وَالنِّسَاءَ * مُحَرَّمٌ شَرْعًا وَطَبْعًا جَاءَ
Seperti berkumpulnya laki-laki dan perempuan * yang di haramkan oleh syara' dan mendapatkan kepastian yang datang
وَقِسْ وَكَالْحِنَّا وَكَالْوَلاَوِلِ * مِنَ الْحَرَائِرَاتِ عُوَا الْمَسَائِلِ
Dan di qiaskan dan seperti memakai pacar dan seperti kebiasaan yang tidak di perlukan * dari wanita merdeka, jagalah tentang masalah tersebut
وَالْخَمْرُ وَالسُّرْجُ مَعَ الْبَكَارَةِ * مِنَ الْمُنَاكِرِ فَعُوا الْإِشَارَةِ
Dan minuman khamr dan pelana bersama anak gadis * dari kemungkaran, maka jagalah yang telah di isyaratkan
اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ يَجِبُ اجْتِنَابُ مَاشَاعَ وَذَاعَ فِى الْوَلاَئِمِ مِنَ الْمُنْكَرِ وَالْجَرَائِمِ مِنْ كُلِّ مَاهُوَ مُحَرَّمٌ شَرْعًا، وَذَلِكَ كَاخْتِلاَطِ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَكَصَبْغِ الْعَرُوْسِ يَدَهُ بِالْحِنَّاءِ، سَوَاءٌ كَانَ بِحَضْرَةِ النِّسَاءِ كَمَا هِيَ عَادَةُ قَوْمٍ اَمْ لاَ. وَكَالْوَلاَوِلِ مِنَ النِّسَاءِ الْحَرَائِرِ وَكَشُرْبِ الْخَمْرِ وَمَا جَرَتْ بِهِ عَادَةُ بَعْضِ الْجِهَالِ مِنَ الدُّخُوْلِ عَلَى الْعَرُوْسِ يَنْظُرُوْنَ دَامَ الْبَكَارَةِ وَيَلْعَبُوْنَ عَلَيْهِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ مِنْ مُنْكَرَتِ الْوَلاَئِمِ الَّتِى لاَتُعَدُّ وَلاَتُخْصَى وَهِيَ تَخْتَلِفُ بِاخْتِلاَفِ الْمُدُنِ وَالْقُرَى وَالْاَعْرَافِ فَيَتَعَيَّنُ عَلَى صَاحِبِ الْوَلِيْمَةِ اَنْ لاَ يَسْعَى فِى شَيْئٍ مِنْ ذَلِكَ وَاِلاَّ كَانَ مُتَعَرِّضًا لِسُخْطِ اللّٰهِ
Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, bahwasanya wajib menjauhi apa yang menjadi kebiasaan dalam walimah dari kemungkaran dan perbuatan dosa dari semua apa yang di haramkan syara' dan hal itu seperti : Bercampurnya seorang laki-laki dengan perempuan dan seperti memberi warna pada tangan pengantin perempuan dengan pacar dan sama ada di depan para wanita sebgaimana ia kebiasaan suatu kaum atau tidak dan kebiasaan yang tidak di perlukan dari wanita merdeka dan seperti minuman khamr dan apa yang telah berlayar dengannya kebiasaan sebagian orang-orang bodoh dari memasuki kamar pengantin perempuan untuk melihat darah anak gadis dan kalian bermain-main atasnya dan seperti itu dari kemungkaran walimah yang tidak bisa di hitung jumlah dan jenisnya dan dia berbeda dengan perbedaan negara dan desa dan pengenalan, maka telah di tentukan atas sohibul walimah, jika tidak berusaha dalam menjauhi sesuatu dari hal itu dan kecuali ada yang akan berhadapan pada kemurkaan Allah
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 74
تَعَالَى وَمَقْتِهِ
Ta'ala dan di benci-Nya
اَخْرَجَ اَبُو الْقَاسِمِ الْاَصْبِهَانِيُّ فِى : 《التَّرْغِيْبِ وَالتَّرْهِيْبِ》 لَهُ عَنْ اَنَسٍ مَرْفُوْعًا : 《لاَ تَزَالُ لاَ اِلٰهَ اِلاَّ اللّٰهُ تَنْفَعُ مِنْ قَالَهَا، وَتَدْفَعُ عَنْهُمُ الْعَذَابَ وَالنَّقْمَةَ مَالَمْ يَسْتَخِفُّوْا بِحَقِّهَا》، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللّٰهِ ! وَمَا الْاِسْتِخْفَافُ بِحَقِّهَا ؟ قَالَ : 《يَظْهَرُ الْعَمَلُ بِمَعَاصِيَ اللّٰهُ فَلاَ يُنْكِرُوْا وَلاَ يُغَيِّرُوْا》
Syaikh Abu Qosim Al-Asbihani mengabarkan dalam kitab 《AT-THARGHIB WAT TARHIB》 dari Anas ra secara marfuk : 《Tidak henti-hentinya kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH memberi manfaat kepada orang yang membacanya dan menolak siksaan dari mereka dan kejengkelan pada apa yang tidak kalian remehkan dengan haknya》 mereka berkata : Ya Rasulallah ! apa yang di maksud meremehkan dengan haknya kalimat LAA ILAAHA ILLALLAAH ? Nabi saw bersabda : 《akan jelas pada perbuatan manusia dengan melakukan maksiat kepada Allah, maka kalian tidak mengingkari dan kalian tidak merubahnya》
وَاَخْرَجَ اَيْضًا : عَنْ عَبْدِ اللّٰهِ بْنِ عُمَرَ مَرْفُوْعًا : 《مُرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهُوْا عَنِ الْمُنْكَرِ قَبْلَ اَنْ تَدْعُوا اللّٰهَ فَلاَ يُسْتَجَابُ لَكُمْ وَقَبْلَ اَنْ تَسْتَغْفِرُوْهُ فَلاَ يُغْفَرُ لَكُمْ اِنَّ الْاَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لاَيَدْفَعُ رِزْقًا وَلاَ يُقَرِّبُ اَجَلاً، وَاِنَّ الْاَحْبَارَ مِنَ الْيَهُوْدِ وَالرُّهْبَانَ مِنَ النَّصَارَى لَمَّا تَرَكُوا الْاَمْرَ بِالْمَعْرُوْفِ وَالنَّهْيَ عَنِ الْمُنْكَرِ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ عَلَى لِسَانِ اَنْبِيَائِهِمْ، ثُمَّ عُمُّوْا بِالْبَلاَءِ》
Dan mengabarkan juga : dari Abdullah Bin Umar ra, secara marfu' : 《perintahlah kalian dengan melakukan kebaikan dan laranglah kalian dari melakukan kejelekan sebelum kamu memohon kepada Allah, maka Allah tidak akan menerima pada kalian dan sebelum kamu memohon ampunan-Nya, maka Allah tidak memberi ampunan pada kalian, sesungguhnya menyuruh melakukan kebaikan dan melarang melakukan kejelekan tidak akan menolak rezki dan tidak akan mendekatkan pada kematian dan sesungguhnya tokoh-tokoh orang yahudi dan pendeta nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf nahi mungkar, Allah melaknat mereka atas lisan para Nabinya, kemudian meratakan mereka dengan bencana》
وَقَالَ الْاِمَامُ الْمُحَاسِبِيُّ : لاَيَحِلُّ لِصَاحِبِ الْوَلِيْمَةِ السُّكُوْتُ عَلَى مَا يَقَعُ فِيْهَا مِنَ الْمَنَاكِرِ بِوَجْهٍ اِذَا الْحَقُّ حَقُّهُ فِى مَنْزِلِهِ. اِنْتَهَى
Dan Imam Al-Muhasibi berkata : tidak halal kepada shohibul walimah diam di atas apa yang terjadi di dalamnya dari kemungkaran dengan sudud pandangannya, jika jelas terjadi dalam rumahnya. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 75
وَقَوْلُهُ : اَلْوَلاَئِمَ، جَمْعُ وَلِيْمَةٍ، وَهِيَ : اِسْمٌ لِكُلِّ طَعَامٍ يُتَّخَذُ لِجَمْعٍ
Dan perkataannya : 《AL-WALAA-IMU》 jamak dari lafadz 《WALIIMATIN》. Dan ia adalah nama pada setiap makanan yang di ambil, untuk disuguhkan pada orang-orang yang berkumpul
وَقَالَ ابْنُ فَارِسٍ : هِيَ طَعَامُ الْعُرْسِ. قَالَهُ فِى 《الْمِصْبَاحِ》 وَمَا لِابْنِ فَارِسٍ هُوَ الْمَشْهُوْرُ
Dan Ibnu Faris berkata : Walimah itu adalah makanan pengantin. Dan dikatakan dalam kitab 《AL-MISBAH》 dan apa yang dikatakan Ibnu Faris adalah pendapat yang masyhur
وَاَمَّا غَيْرُهُ مِنَ الْاَطْعِمَةِ فَلِكُلِّ اسْمٍ يَخُصُّهُ، كَمَا اَشَارَ لِذَلِكَ بَعْضُهُمْ بِقَوْلِهِ :
Dan adapun selainnya dari makanan, maka pada setiap nama akan di khususkannya, sebagaimana di isyaratkan untuk hal itu, dari sebagian Ulama' dengan perkataannya :
تَسْمِيَةُ الْاَطْعِمَةِ الشَّهِيْرَهْ * وَلِيْمَةٌ مَأْدُبَةُ وَكِيْرَهْ
Penamaan makanan yang telah masyhur * Dan WALIMAH, MA'DUBAH dan WAKIRAH
خُرْصٌ وَعِذَارٌ وَقُلْ عَقِيْقَهْ * عَتِيْرَةٌ نَقِيْعَةٌ تَحْقِيْقَهْ
KHARSUN dan 'IDZAR dan katakanlah AQIQAH * 'ATIRAH, NAQI'AH, TAHQIQAH
وَلِيْمَةُ الْعُرْسِ يَاذَا الشَّانِ * مَأْدُبَةٌ تُصْنَعُ لِلْاِخْوَانِ
Dan WALIMATUL URUSY untuk menjamu pengantin, wahai orang yang menjatuhkan kehormatan * MA'DUBAH untuk menjamu teman
وَكِيْرَةٌ لِدَارِكَ الْجَدِيْدِ * وَالْخُرْصُ مَا يُذْبَحُ لِلْوَلِيْدِ
Dan WAKIRAH untuk membangun rumah baru * dan KHURSUN apa yang akan mengorbankan untuk kelahiran anak
وَالْاِعْذَارُ الطَّعَامُ لِلْخِتَانِ * فَافْهَمْ هَدَاكَ اللّٰهُ لِلْبَيَانِ
Dan I'DZAR adalah makanan untuk sunatan * maka fahamilah, semoga Allah menunjukkan pada kejelasan
عَقِيْقَةٌ لِسَابِعِ الْمَوْلُوْدِ * عَتِيْرَةٌ لِلْمَيِّتِ خُذْ تَقْيِيْدِ
AQIQAH untuk hari ketujuh anak yang di lahirkan * 'ATIRAH untuk kematian, maka ambillah apa yang telah di rumuskan
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 76
نَقِيْعَةٌ لِقَادِمٍ مِنَ السَّفَرْ * فَاحْفَظْ نُصُوْصَهُمْ وَحَصِّلِ الدُّرَرْ
NAQI'AH untuk kedatangan seseorang dari bepergian * maka peliharalah keterangan mereka dan menghasilkan kebahgiaan laksana mutiara
وَحَاصِلُ الْحُكْمِ فِى هَذِهِ الْاَطْعِمَةِ اَنَّ طَعَامَ الْعُرْسِ يَجِبُ الْاِتْيَانُ اِلَيْهِ عِنْدَ تَوَفُّرِ الشُّرُوْطِ وَاَنَّ الطَّعَامَ الَّذِى لَهُ سَبَبٌ مُعْتَادٌ كَالَّذِى لِلْمَوْلُوْدِ وَالْخِتَانِ لاَيُجِبُ وَلاَيُكْرَهُ وَاَنَّ الطَّعَامَ الَّذِى لاَسَبَبَ لَهُ يُسْتَحَبُّ لِاَهْلِ الْفَضْلِ التَّنَزُّهُ عَنِ الْاِجَابَةِ اِلَيْهِ وَيُكْرَهُ التَّسَارُعُ اِلَيْهِ كَمَا اَشَارَ لَهُ الْبَاجِيُّ فِى 《الْمُنْتَقَى》
Dan kesimpulan hukum dalam masalah makanan ini bahwa makanan pengantin adalah wajib datang kepdanya, ketika memenuhi persyaratan dan jika makanan yang di suguhkan kepadanya sebab sebagaimana kebiasaan seperti yang di suguhan untuk kelahiran dan sunatan, maka hukumnya tidak wajib dan tidak makruh. Dan sesungguhnya suguhan makanan yang tidak ada sebab kepadanya, maka di sunahkan kepda orang yang memiliki keutamaan pada bepergian dari memenuhi kepadanya, dan makruh mempercepat mendatangi kepadanya, sebagaimana di isyaratkan kepadanya oleh Imam Al-Baji dalam kitab 《AL-MUNTAQA》
قَالَ بْنُ الْعَرَبِيُّ : وَكَانَ عَلَيْهُ السَّلاَمُ يُجِيْبُ كُلَّ مُسْلِمٍ، فَلَمَّا فَسَدَتْ مَكَاسِبُ النَّاسِ وَالنِّيَاتُ كَرِهَ الْعُلَمَاءُ لِذِى الْمَنْصِبِ اَنْ يَتَسَرَّعَ لِلْإِجَابَةِ اِلاَّ عَلَى شُرُوْطِ. هَذَا وَلَيْسَ فِى السُّنَّةِ اِجَابَةُ مَنْ يُطْعِمُ مُبَاهَاةً اَوْ تَكَلُّفًا بَلْ جَاءَ النَّهْيُ عَنْ ذَلِكَ
Imam Ibnu Arabi berkata : dan ada Nabi saw memenuhi setiap undangan kaum muslimin. Maka ketika telah rusak perbuatan manusia dan niat, maka Ulama' membencinya pada yang mengerjakan jika mempercepat untuk memenuhi undangan kecuali telah terpenuhi atas syarat-syaratnya dan ini tidak ada dalam sunnah memenuhi undangan dari makanan yang membanggakan atau makanan yang menyusahkan, tapi telah datang larangan dari hal itu
وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ مَرْفُوْعًا : 《اَلْمُتَبَاهِيَانِ فِى الطَّعَامِ لاَيُجَابَانِ وَلاَيُؤْكَلُ طَعَامُهُمَا》 اَيْ : اَلْمُتَفَاخِرَانِ بِالطَّعَامِ بِغَيْرِ نِيَّةٍ صَالِحَةٍ
Dan di riwayatkan Imam Baihaki secara marfu' : 《dua orang yang saling membanggakan diri dalam makan, maka jangan memenuhi undangannya dan jangan di makan, seperti kebiasaannya》. Maksudnya : saling membanggakan diri dengan makanan dan dengan selain niat yang baik
وَقَوْلِهِ : 《مِنَ الْمُنْكَرِ》 : هُوَ كُلَّ مَالاَ يُعْرَفُ فِى كِتَابٍ وَﻻَ سُنَّةٍ
Dan perkataannya : 《MINAL MUNKARI》 adalah setiap makanan yang tidak diketahui dalam Al-Qur'an dan tidak di ketahui dalam Sunnah
وَ 《الْجَرَائِمُ》 جَمْعُ جَرِيْمَةٍ، وَهِيَ : اَلذَّنْبُ وَاكْتِسَابُ الْاِثْمِ
Dan Lafaz 《JARAA-IMU》 jama' dari lafadz 《JARIIMATIN》 dan artinya adalah dosa dan perbuatan dosa
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 77
وَ 《الْوَلاَوِلُ》 : اَلزَّغَارِيْتُ
Dan lafadz 《WALAAWILU》 : mendo'akan kejelekan
وَقَوْلِهِ : 《عُو الْمَسَائِلِ》، فَعُو الْاِشَارَةُ كُلٌّ مِنْهُمَا تَتْمِيْمٌ لِلْبَيْتِ وَهُوَ اَمْرٌ مُسْنَدٌ لِوَاوِ الْجَمَاعَةِ مِنْ وَعَى يَعِى بِمَعْنَى حَفِظَ
Dan perktaannya : 《'UL MASAA-ILI》, maka artinya adalah di isyaratkan setiap dari keduanya. menyempurnakan kepada bait syair. Dan Lafaz : 《'UU》 adalah fi'il amar yang disandarkan pada wawu jama' yang di ambil dari fi'il madhi WA-'AA dan fi'il mudhari' YA-'II, dengan menggunakan ma'na HAFIDZHA yang artinya memelihara
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 78
Wallahu A'lam Bish-Showab