WAKTU YANG TEPAT UNTUK MELAKUKAN JIMA'
فَائِدَةٌ
KEMANFAATAN
وَرَدَ اَنَّ الْبَيْتَ اِذَا بُخِّرَ بِاللُّوْبَانِ لَمْ يَقْرَبْهُ حَاسِدٌ وَﻻَكَاهِنٌ وَﻻَشَيْطَانٌ وَﻻَ سَاحِرٌ
Dan dijelaskan bahwa rumah jika di harumkan dengan dupa luban, maka tidak akan mendekatinya dari yang netral dan tidak dari dukun dan tidak dari syetan dan tidak dari yang menyihir
اَلْقَوْلُ فِى الْجِمَاعِ وَالْأَوْقَاتِ * مُهَذَّبُ التَّعْبِيْرُ فِى الْأَبْيَاتِ
Berbicara dalam melakukan jima' dan waktunya * sopan mengungkapkan kata-kata dalam beberapa bait
ذَكَرَ فِى هَذِهِ التَّرْجَمَةِ اَدَابَ الْجِمَاعِ وَاَوْقَاتَ مَطْلُوْبِيَّتِهِ وَاَوْقَاتَ مَنْعِهِ وَمَا يَتَعَلَّقُ بِذَلِكَ مِنَ الْاَدَابِ وَغَيْرِهَا
Dan dijelaskan dalam ini yang menterjemahkan tatakrama melakukan jima' dan waktu-waktu yang di tuntutnya dan waktu yang di hindarinya dan apa yang berhubungan dengan hal itu dari tatakrama dan yang lainya
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 113
فِى كُلِّ سَاعَةٍ مِنَ الْاَيَّامِ * مِنْ غَيْرِ مَا يَأْتِيْكَ فِى انْتِظَامِ
Dalam setiap saat dari hari-hari * dan dari selain apa yang datang kepadamu dalam menyusunnya
يَجُوْزُ فِيْهَا الْوَطْءِ يَاذَا الشَّانِ * كَمَا اَتَى فِى سُوْرَةِ الْاَعْوَانِ
Boleh di dalamnya melakukan senggama wahai kawan * sebagaimana penjelasan yang ada dalam surat An-Nisa'
اَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ يَجُوْزُ الْوَطْاءُ فِى كُلِّ سَاعَةٍ مِنْ لَيْلٍ اَوْ نَهَارٍ عَدَامَا يَأْتِى قَرِيْبًا، كَمَا دَلَّ عَلَيْهِ قَوْلُهُ تَعَالَى : 《 نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوْا حَرْثَكُمْ اَنَّى شِئْتُمْۖ 》 أَيْ : مَتَى شِئْتُمْ مِنْ لَيْلٍ اَوْ نَهَارٍ عَلَى اَحَدِ التَّأْوِيْلاَتِ وَهَذِهِ الْآيَةُ هِيَ مَرَادُهُ بِقَوْلِهِ : 《 كَمَا اَتى فِى سُوْرَةِ الْاَعْوَانِ 》
Ibnu Yamun rahimahullah menjelaskan, tentang kebolehan senggama dalam setiap waktu, dari waktu malam atau waktu siang karena ingin dijelaskan dalam waktu dekat, sebgaimana ada dalil atasnya, Firman-Nya Allah Ta'ala : 《 Istri-istri kalian adalah seperti tempat tanah kalian bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam kalian itu bagaimana saja kalian kehendaki 》 Maksudnya : kapan yang kalian suka bersenggama dari waktu malam atau waktu siang, atas satu penafsiran. Dan Ayat ini adalah menginginkannya, dengan perkataannya Ibnu Yamun : 《 sebagaimana penjelasan pada surat An-Nisa' 》
لَكِنَّ الْوَطْءَ اَوَّلَ اللَّيْلِ اَفْضَلُ وَعَلَى ذَلِكَ نَبَّهَ بِقَوْلِهِ :
Tapi, bersenggama pada awal malam lebih utama dan atas hal itu dalam bait dengan perkataan Ibnu Yamun :
لَكِنَّ صَدْرَ اللَّيْلِ اَوْلَى فَاعْتَبِرْ * وَقِيْلَ بِالْعَكْسِ وَاَوَّلٌ شُهِرْ
Tapi senggama pada permulaan awal malam, maka yang i'tibar * dan ada yang mengatakan dengan sebaliknya dan awal malam adalah yang masyhur
قَالَ الْاِمَامُ اَبُوْ عَبْدِ اللّٰهِ ابْنِ الْحَاجِ فِى 《 الْمُدْخَلِ 》 مَا نَصُّهُ : وَاَنْتَ مُخَيَّرٌ بَيْنَ اَنْ يَكُوْنَ الْوَطْءُ اَوَّلَ اللَّيْلِ اَوْ اَخِرَهُ لَكِنَّ اَوَّلَ اللَّيْلِ اَوْلَى، لِاَنَّ وَقْتَ الْغُسْلِ يَبْقَى زَمَانُهُ مُتَّسَعًا بِخِلاَفِ اَخِرِ اللَّيْلِ، فَرُبَّمَا يَضِيْقُ الْوَقْتُ وَتَفُوْتُهُ صَلاَةُ الصُّبْحِ فِى الْجَمَاعَةِ اَوْ يُخْرِجُهَا عَنْ وَقْتِهَا الْمُخْتَارِ. اِنْتَهَى
Berkata Imam Abu Abdullah bin Al-Hajj dalam kitab 《 AL-MADKHAL 》 apa yang di nashihatkannya : dan kamu memilih di antara yang menyelisihi bahwa ada yang bersenggama pada awal malam atau selainnya, tapi awal malam lebih utama, karena sesungguhnya waktu mandi jinabat akan menjaga masanya waktu, berbeda dengan bersenggama pada akhir malam, maka boleh jadi dengan sempitnya waktu dan kamu akan melewati shalat subuh dalam berjama'ah atau melakukan shalat akan keluar dari waktunya yang terpilih yaitu yang utama. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 114
وَاَيْضًا اَلْجِمَاعُ بِأَخِرِ اللَّيْلِ يَكُوْنُ عَقِيْبَ نَوْمٍ، فَتَتَغَيَّرَ رَائِحَةُ الْفَمِ فَيُؤَدِّی اِلَى الْمُنَافَرَةِ
Dan juga, melakukan jima' pada akhir malam akan mengakibatkan tidur, dapat berubah bau mulutnya, maka di khawatirkan mendatangkan pada gairah
وَالْمُرَادُ : اَلْأُلْفَةُ وَالْمَحَبَّةُ
Dan maknanya : kamu menanamkan keharmonisan dan kamu menambah kasih sayang
وَقَالَ الْإِمَامْ اَلْغَزَالِيِّ : يُكْرَهُ الْجَمَاعُ اَوَّلَ اللَّيْلِ لِئَلاَّ يَنَامُ الْمَرْءُ عَلَى غَيْرِ طَهَارَةٍ. اِنْتَهَى
Dan Imam Al-Ghazali berkata : makruh melakukan jima' pada awal malam, agar tidak tidur atas tanpa suci. Sebagaimana penjelasan yang telah lewat
وَعَلَى قَوْلِ اَلْغَزَالِيِّ : نَبَّهَ عَلَيْهِ بِقَوْلِهِ : 《 وَاَوَّلٌ شُهِرَ 》
Dan atas perkataan Imam Ghazali : mengingatkan atasnya dengan perkataan Ibnu Yamun : 《 pendapat yang masyhur adalah pada awal malam 》
ثُمَّ نَبَّهَ رَحِمَهُ اللّٰهُ عَلَى لَيَالِى يُسْتَحَبُّ الْجِمَاعُ فِيْهَا بِقَوْلِهِ :
Kemudian bait Ibnu Yamun rahimahullah, atas awal malam di sunahkan melakukan jima' di dalamnya dengan perkataannya Ibnu Yamun :
وَلَيْلَةَ الْعَرَابِ وَالْإِثْنَيْنِ * يُؤْذِنُ بِالْفَضْلِ بِغَيْرِ مَيْنِ
Dan di malam Jum'at dan Senin * benar-benar di sunnahkan dengan keutamaan yang tidak diragukan
فَأَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الْجِمَاعُ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، لِأَنَّهَا اَفْضَلُ لَيَالِى الْاُسْبُوْعِ، وَهِيَ مُرَادَةٌ بِلَيْلَةِ الْعَرُوْبِ تَحْقِيْقًا لِاَحَدِ بِالتَّأْوِيْلَيْنِ فِى قَوْلِهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : 《 رَحِمَ اللّٰهُ مَنْ غَسَّلَ وَاغْتَسَلَ 》 بِتَشْدِيْدِ السِّيْنِ مَنْ 《 غَسَّلَ 》 اَخْرَجَهُ اَصْحَابُ السُّنَنِ
Maka Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, sesungguhnya di sunahkan melakukan jima' pada malam Jum'at karena sesungguhnya malam Jum'at lebih utama pada malam yang seminggu dan ia adalah yang di maksud : 《 BI LAILATIL 'ARUUBI 》 untuk mewujudkan dengan salah satu penafsiran dalam sabdanya Nabi saw : 《 Allah memberi rahmat kepada orang yang mencuci dan melakukan mandin》 dengan membaca Tasydid dari lafadz 《 GHASSALA 》 di keluarkannya oleh Ash-Hab sunni
قَالَ السُّيُوْطِيُّ : وَيُؤَيِّدُهُ حَدِيْثُ : 《 اَيَعْجَزُ اَحَدُكُمْ اَنْ يُجَامِعَ
Imam As-Sayuthi berkata : dan di kuatkan hadits : 《 Apakah keadaan tidak berdaya salah seorang diantara kalian untuk melakukan jima'
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 115
اَهْلَهُ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ؟ فَإِنَّ لَهُ اَجْرَيْنِ اثْنَيْنِ : 《 اَجْرُ غُسْلِهِ وَاَجْرُ غُسْلِ امْرَأَتِهِ 》 اَخْرَجَهُ الْبَيْهَاقِى فِى 《 شُعَبِ الْإِيْمَانِ 》 مِنْ حَدِيْثِ اَبُوْ هُرَيْرَةَ
dengan istrinya dalam setiap hari Jumat ? Maka sesungguhnya kepadanya akan mendapat dua pahala pada hari senin : 《 pahala mandinya dan pahala istrinya melakukan mandi 》 di keluarkan Al-Baihaqi dalam kitab 《 SYU'BAL IMAN 》 dari hadits Abu Hurairah
وَكَذَا يُسْتَحَبُّ الْجِمَاعُ لَيْلَةَ الْإِثْنَيْنِ لِمَزِيْدِ فَضْلِهَا
Dan seperti itu akan di sunahkan melakukan jima' pada malam senin untuk menambah keutamaannya
ثُمَّ اَشَارَ اِلَى بَعْضِ اَدَابِ الْجِمَاعِ زِيَادَةً عَلَى مَاتَقَدَّمَ بِقَوْلِهِ :
Kemudian Ibnu Yamun mengisyaratkan pada sebgian tatakrama jima' dalam menambah atas apa yang dijelasan terdahulu dengan perkataannya :
وَكَوْنُهُ بَعْضَ نَشَاطٍ يَافَتَى * وَخِفَّةِ الْاَعْضَا وَهَمٍّ ثَبَتَا
Dan senggama dapat di lakukan setelah sebagian tubuh terangsang, wahai pemuda * dan terasa ringan anggota tubuh dan tidak di landa kesusahan
فَأَخْبَرَ رَحِمَهُ اللّٰهُ اَنَّ مِنْ عَذَابِ الْجِمَاعِ اَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ مُقَدَّمَاتِهِ مِنْ مُلاَعَبَةٍ وَتَقْبِيْلٍ حَتَّى تَنْشَطَ النَّفْسُ اِلَيْهِ، لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ : 《 ﻻَيَقَعُ اَحَدُكُمْ عَلَى امْرَأَتِهِ كَمَا تَقَعُ الْبَهِيْمَةُ وَالْيَكُنْ بَيْنَهُمَا 》 قِيْلَ : وَمَا الرَّسُوْلُ ؟ قِيْلَ : 《 اَلْقُبْلَةُ وَالْكَلاَمُ 》 كَمَا تَقَدَّمَ
Maka Ibnu Yamun Rahimahullah menjelaskan, sesungguhnya dari tatakrama melakukan jima' adalah jika setelah mendahulukannya dari bermain-main dan mencium pipi istri sehingga dapat membangkitkan nafsu untuk melakukan jima' karena Nabi saw bersabda : 《 Janganlah salah seorang diantara kalian melakukan jima' dengan istrinya sebagaimana seekor hewan dan sebaiknya di antara keduanya melakukan pemanasan 》 salah seorang sahabat mengatakan ? dan apa yang dimaksud bermain-main, wahai Rasulullah ? Rasulullah saw bersabda : 《 ciuman dan kata-kata rayuan 》 sebagaimana penjelasan pada waktu yang lalu
وَمِنْ اَدَابِهِ اَنْ يَكُوْنَ عَقِبَ خِفَّةِ الْبَطْنِ وَالْاَعْضَاءِ، لِاَنَّ فِى الْجِمَاعِ عَلَى الْاِمْتِلاَءِ ضَرَرًا كَثِيْرًا، وَيُهَيِّجُ اَوْجَاعَ الْمَفَاصِلِ وَغَيْرَهَا فَلْيَتَّقِ ذَلِكَ مَنْ اَرَادَ حِفْظَ الصِّحَّةِ عَلَى نَفْسِهِ
Dan dari tatakramanya senggama adalah melakukan senggama ketika terasa ringan perutnya dan anggota tubuh, karena sesungguhnya dalam melakukan jima' atas keadaan perut kenyang akan banyak kemudharatan dan akan mengurangi kegairahan atau melakukan senggama dalam keadaan lapar, dapat mengakibatkan encok dan yang lainnya, maka yang berhubungan dengan hal itu, bagi orang yang ingin memelihara kesehatan atas dirinya
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 116
وَيُقَالُ : ثَلاَثَةٌ رُبَّمَا قَتَلَتْ : اَلْجِمَاعُ عَلَى الْجُوْعِ وَعَلَى الشَّبَعِ، وَبَعْدَ اَكْلِ الْقَدِيْدِ الْيَابِسِ
Dan di katakan : ada tiga perkara dapat mematikan seseorang : bersetubuh atas keadaan lapar dan bersetubuh atas keadaan kenyang dan bersetubuh setelah makan ikan Al-Qadiid yang kering
وَقَوْلُهُ : 《 وَهَمٍّ 》 مَعْطُوْفٌ عَلَى الْاَعْضَاءِ٬ اَيْ : وَخِفَّةِ هَمٍّ
Dan perkataannya : 《 WAHAMMIN 》 di 'athafkan atas lafadz 《 AL-A'DHAA-I 》, maksudnya : kesusahan tidak melanda mereka
وَالْمُرَادُ : عَدَمُ الْهَمِّ بِالْكُلِّيَّةِ فَيَكُوْنُ مُسْتَغْنَى عَنْهُ بِقَوْلِهِ : 《 وَكَوْنُهُ بَعْدَ نَشَاطٍ 》
Dan maknanya : ketidak berdayaan menyusun dengan kata-kata, maka tidak ada yang aku perlukan darinya, dengan perkataannya : 《 Dan senggama dapat di lakukan setelah tubuh terangsang 》
KITAB QURRATUL 'UYUN HALAMAN 117
Wallahu A'lam Bish-Showab